Imbas Tarif Trump, India Pangkas Suku Bunga Acuan

Imbas Tarif Trump, India Pangkas Suku Bunga Acuan

Heri Purnomo - detikFinance
Kamis, 10 Apr 2025 11:14 WIB
WASHINGTON, DC - APRIL 02: Charts that show the reciprocal tariffs the U.S. is charging other countries are on display at the James Brady Press Briefing Room of the White House on April 2, 2025 in Washington, DC. Hosting a Make America Wealthy Again trade announcement event in the Rose Garden touting as a Liberation Day event, President Donald Trump announced sweeping new tariffs targeting goods imported to the U.S. on countries including China, Japan and India.   Alex Wong/Getty Images/AFP (Photo by ALEX WONG / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP)
Foto: Getty Images via AFP/ALEX WONG
Jakarta -

Bank Sentral India (RBI) memangkas suku bunga acuannya pada hari Rabu (9/4/2025). Langkah ini diambil guna mendorong pertumbuhan perekonomian India yang sedang lesu, dan juga menghadapi tantangan kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat. Pemangkasan ini juga merupakan kedua kalinya.

India menjadi bank sentral kedua setelah Bank Sentral Selandia Baru yang memangkas suku bunga sejak pengumuman tarif perdagangan yang luas tersebut.

Komite Kebijakan Moneter India (MPC), yang terdiri dari tiga anggota RBI dan tiga anggota eksternal, memangkas suku bunga repo sebesar 25 basis poin menjadi 6%, sesuai ekspektasi. Mereka juga sepakat untuk mengubah sikap kebijakan dari netral menjadi akomodatif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gubernur Bank Sentral Sanjay Malhotra mengatakan, tarif sebesar 26% yang diumumkan oleh AS terhadap impor dari India telah memperburuk ketidakpastian. Meskipun dampaknya terhadap pertumbuhan sulit untuk dihitung, kata dalam pernyataannya.

"Pertumbuhan mulai membaik setelah kinerja yang lemah pada paruh pertama tahun fiskal 2024-25, meskipun masih lebih rendah dari yang kita harapkan," kata Malhotra dikutip dari Reuters, Kamis (10/4/2025).

ADVERTISEMENT

RBI kini memperkirakan pertumbuhan ekonomi India sebesar 6,5%, sedikit turun dari proyeksi sebelumnya yaitu 6,7%. Inflasi juga diperkirakan melandai ke 4% dari sebelumnya 4,2%.

"Dalam kondisi ekonomi global yang menantang seperti ini, dengan inflasi yang jinak dan prospek pertumbuhan yang moderat, MPC perlu terus mendukung pertumbuhan," demikian pernyataan tertulis dari komite tersebut.

Imbal hasil obligasi 10 tahun India sedikit turun menjadi 6,5% setelah pengumuman tersebut, dari 6,51% sebelumnya, sementara nilai tukar rupee hampir tidak berubah di 86,57. Indeks saham acuan memperpanjang penurunan dan turun sekitar 0,6% masing-masing.

Dalam laporan kebijakan moneter pendamping, bank sentral menyatakan bahwa meningkatnya proteksionisme perdagangan dan ancaman perang mata uang dapat memberikan tekanan lebih lanjut pada rupee.

Tarif AS juga memberi tekanan pada nilai tukar rupee, yang sempat menyentuh rekor terendah di 87,95 per dolar AS. Meski begitu, RBI menegaskan bahwa mereka akan tetap menjaga stabilitas nilai tukar dan siap intervensi bila terjadi volatilitas ekstrem.

Menurut laporan kebijakan terbaru RBI, pelemahan rupee 5% bisa meningkatkan inflasi sekitar 35 basis poin, namun juga bisa mendorong pertumbuhan PDB sebesar 25 basis poin karena ekspor menjadi lebih kompetitif.

(rrd/rrd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads