Perjuangan Wartawan detikcom Beri Literasi Keuangan di Ujung Timur

Perjuangan Wartawan detikcom Beri Literasi Keuangan di Ujung Timur

Dea Duta Aulia - detikFinance
Sabtu, 19 Jul 2025 18:39 WIB
Tim literasi keuangan OJK sambangi pelosok
Foto: Dea Duta Aulia
Ambon -

Pagi masih gelap, matahari masih tertutup awan tebal, hujan gerimis masih turun, ketika rombongan dari detikcom, Humas OJK dan Kantor OJK Ambon tiba di pelabuhan Hunimua, Liang, Ambon, Provinsi Maluku. Sehari sebelumnya rombongan tiba di Ambon setelah menempuh perjalanan sekitar 6 jam melalui pesawat dari Jakarta.

Dari pelabuhan Hunimua itu, rombongan menggunakan kapal fery menyeberang menempuh waktu dua jam menuju pelabuhan Waipirit di pulau Seram bagian barat. Dari desa Waipirit rombongan masih harus menempuh perjalanan darat sekitar 16 jam untuk sampai di Bula, Seram bagian timur.

Bagaikan mengikuti perlombaan rally lintas alam, rute Waipirit menuju Kecamatan Bula harus melewati wilayah pegunungan dan lembah. Jalan yang sempit, berliku dan konturnya yang naik turun membuat perjalanan tidak bisa dilakukan dengan cepat. Termasuk halangan kabut yang banyak muncul sepanjang perjalanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekitar pukul 22.00 WITA akhirnya tiba di Bula. Keesokannya rombongan masih harus menyebrang laut dengan kapal selama 45 menit ke Pulau Geser, lokasi kegiatan edukasi keuangan yang digelar oleh Kantor OJK Ambon.

Literasi Keuangan di 3 T

ADVERTISEMENT

Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau merupakan tantangan besar dalam upaya meningkatkan literasi keuangan masyarakat secara masif dan merata, terlebih untuk penduduk yang tinggal di wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T).

Menyadari hal ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Kantor OJK di daerah secara rutin menggelar kegiatan edukasi keuangan yang sangat penting dilakukan untuk masyarakat di kawasan 3T. Edukasi keuangan penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dalam mengelola keuangan, memahami produk dan layanan jasa keuangan serta melindungi warga dari jebakan penipuan yang berpotensi memberikan beban finansial di masa depan.

Untuk menjangkau daerah-daerah terpencil tersebut, OJK telah menyiapkan berbagai program literasi keuangan seperti membentuk berbagai Duta Literasi Keuangan dari sejumlah kalangan termasuk dari media massa. Kali ini kegiatan literasi keuangan di Pulau Geser menghadirkan jurnalis detikcom Eduardo Hasian Simorangkir atau sering dipanggil Edo.

Tim literasi keuangan OJK sambangi pelosokFoto: Dea Duta Aulia

Bertempat di Balai Desa Pulau Geser, selama hampir 60 menit Edo mengajarkan kepada seratusan warga Pulau Geser tentang rumus pengelolaan keuangan yang benar, pentingnya pemahaman produk dan layanan jasa keuangan serta pentingnya kewaspadaan terhadap modus-modus penipuan keuangan. Peserta edukasi pun terlihat aktif menanyakan berbagai hal terutama soal penawaran dari pinjaman online.

Edo mengatakan pengalaman memberikan edukasi keuangan langsung dengan masyarakat Pulau Geser merupakan peristiwa yang sangat berkesan karena sangat jarang wartawan mendapatkan kesempatan ini, mengajar keuangan di daerah 3 T. Apalagi lokasi yang ditempuh sangat menantang harus terbang dengan pesawat, menyebrang dengan kapal laut dua kali dan perjalanan darat 18 jam.

Selain itu, kesempatan mengajar literasi keuangan langsung ke masyarakat menunjukkan peran jurnalis selain menyampaikan informasi lewat berita, jurnalis bisa juga melakukan edukasi keuangan langsung ke masyarakat sehingga informasinya bisa langsung diterima dan membantu masyarakat.

"Ini pengalaman yang tidak akan terlupakan untuk kita jurnalis. Karena melalui medan yang begitu luar biasa menantangnya (untuk menuju Pulau Geser). Edukasi keuangan langsung ini sepertinya sangat mengena karena kita bisa sampaikan informasi yang penting langsung ke masyarakat. Salut atas program OJK yang melakukan literasi keuangan hingga ke pelosok, menyebrang pulau," kata Edo.

Pendekatan dalam Edukasi

Edo menjelaskan sebelum memberikan materi edukasi keuangan dirinya memanfaatkan sejumlah pendekatan lokal agar materi yang disampaikan bisa lebih diterima oleh masyarakat. Menurutnya, hal itu penting untuk dilakukan karena karakteristik setiap masyarakat di berbagai daerah berbeda-beda.

"Tadi juga ngobrol-ngobrol sama teman-teman OJK bahwa salah satu tantangan literasi masyarakat di 3T adalah tantangan dari bahasa atau pendekatan untuk bisa masuk ke bahasa sehari-hari yang dipakai sama mereka. Sementara kita yang mengajar banyak memakai istilah dan bahasa yang formal yang sulit dipahami masyarakat di 3T," ungkapnya.

"Sehingga pendekatan berdasarkan bahasa atau mungkin pekerjaan (masyarakat) atau mungkin budaya yang ada di daerah itu sangat penting untuk bisa dicari tahu. Sehingga masyarakat merasa relevan berbicara atau berkomunikasi untuk mendengarkan pembahasan dari kita," sambungnya.

Dalam melakukan edukasi literasi keuangan ke warga, ada sejumlah materi yang dipaparkan oleh Edo seperti memperkenalkan fungsi OJK, bahaya pinjol, investasi, hingga tips mengatur keuangan. Berbagai materi tersebut sengaja diberikan agar gap antara literasi keuangan dan inklusi keuangan tidak terlalu jauh.

"Dengan perencanaan keuangan lebih baik maka bisa menata masa depan menjadi lebih baik," tutur Edo.

Edo pun mengajak masyarakat Pulau Geser untuk bijak dalam mengelola keuangan mereka dengan memanfaatkan rumus 10,20,30, dan 40. Adapun rumus tersebut dimaksud yakni 10% untuk keperluan ibadah dan sosial, 20% tabung serta investasi, 30% maksimal cicilan hutang per bulan, dan 40% pemenuhan kebutuhan pokok.

Menurutnya, rumus tersebut sangat penting untuk diterapkan dalam mengelola keuangan. Dia mencontohkan porsi 20% dari total pemasukan digunakan untuk investasi. Porsi ini bertujuan agar dana atau uang yang dimiliki nilainya bisa terjaga dan tidak tergerus oleh inflasi.

"20% untuk tabungan dan investasi untuk melindungi nilai uang dari inflasi," tuturnya.

Edo berharap lewat kegiatan ini dan materi edukasi yang diberikan bisa meminimalisir risiko warga terjebak dari pinjol ilegal dan investasi ilegal. Apalagi literasi keuangan keuangan di daerah 3T cenderung masih sangat minim.

"Literasi keuangan penting banget buat daerah-daerah 3T. Yang akhirnya harus diliterasi dengan baik soal keuangan karena daerah ini tuh daerah yang angka literasi keuangannya juga secara angka juga masih cukup rendah. Sehingga di tengah arus digitalisasi yang cukup kencang saat ini, literasikeuangan harus juga semakin tinggi," tuturnya.

"Jadi literasi itu harus ditingkatkan biar masyarakat tidak terpengaruh atau terjebak dalam yang namanya jebakan-jebakan. Baik itu investasi ilegal atau mungkin pinjol ilegal, dan sebagainya," sambungnya.

Sementara itu, salah satu peserta Program Peningkatan Literasi Keuangan OJK sekaligus warga Desa Geser, Kalsum menyambut baik program tersebut. Menurutnya, program tersebut sangat bermanfaat bagi warga Desa Geser untuk meningkatkan literasi keuangan mereka.

Kalsum menilai edukasi yang dilakukan oleh OJK melalui Duta Literasi Keuangan menghadirkan materi-materi yang relevan bagi warga. Menurutnya, salah satu materi yang cukup menarik perhatian yakni rumus mengelola keuangan keluarga.

Tim literasi keuangan OJK sambangi pelosokFoto: Dea Duta Aulia

Dia mengatakan rumus tersebut bakal diterapkan untuk mempermudah mengelola keuangan keluarga. Lewat rumus tersebut diharapkan keuangan keluarga di masa depan bisa tetap terjaga.

"Salah satu materi yang paling menarik yakni cara mengatur uang 10% untuk ke mana dan sisanya untuk kemana," kata Kalsum.

Hal senada pun turut diungkapkan oleh peserta lainnya yang juga warga Desa Geser, Faiz Rumalutur. Faiz menilai program sosialisasi ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat Desa Geser. Sebab program ini mampu mendorong masyarakat untuk lebih memahami terkait pengelolaan keuangan yang benar.

"Program OJK ini sangat-sangat bagus. Karena sosialisasi literasi keuangan ini masyarakat lebih memahami terkait tentang cerdas dalam mengelola keuangan," ungkap Faiz.

Apalagi dalam program tersebut, warga Desa Geser didorong agar menyisihkan uang bukan menyisakan uang untuk ditabung. Sebab kalau disisihkan berarti seseorang sudah punya niat untuk menabung. Berbeda dengan disisakan yang memiliki makna bahwa menabung bukan prioritas utama.

"Disisipkan sama disisakan itukan tadi (materi menjelaskan) harus bisa dibedakan. Bagus juga konsep ini. Karena selama inikan kita hanya sisakan saja untuk menabung bukan sisipkan," tuturnya.

Faiz berharap agar program OJK ini terus dilaksanakan secara berkelanjutan. Sehingga masyarakat di Desa Geser menjadi lebih cerdas dalam mengelola keuangan mereka.

"Semoga masyarakat bisa menjadi lebih cerdas mengelola keuangan sendiri. Semoga program-program OJK seperti ini lebih rutin lagi," tutupnya.




(anl/ega)

Hide Ads