OJK Ungkap Modus Penipuan Keuangan, Love Scam hingga Tiru Tokoh Terkenal

OJK Ungkap Modus Penipuan Keuangan, Love Scam hingga Tiru Tokoh Terkenal

Retno Ayuningrum - detikFinance
Selasa, 05 Agu 2025 16:18 WIB
Penipuan dan spam digital semakin marak, mengancam keamanan data dan finansial masyarakat.
Ilustrasi penipuan - Foto: Shutterstock/
Jakarta -

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan sejumlah modus untuk melakukan aksi penipuan di sektor keuangan. Modusnya semakin beragam seiring dengan berkembangnya teknologi.

Deputi Komisioner Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan dan Pelindungan Konsumen Rizal Ramadhani mengatakan pelaku penipuan keuangan menargetkan perbankan sebagai sasarannya. Ada dua modus, kata Rizal, yang dilakukan pelaku.

"Untuk kejahatan finansial. Tadi disampaikan oleh Pak Kepala PPATK di mana rekening sebagai target secara teori kejahatan finansial itu terutama kejahatan perbankan, ada dua modus. Satu, bank sebagai sarana. Kedua, bank sebagai sasaran. Dua-duanya sudah dilakukan oleh penjahat-penjahat itu," kata Rizal dalam acara 'Strategi Nasional Memerangi Kejahatan Finansial', di Jakarta Selatan, Selasa (5/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rizal menerangkan bank sebagai sasaran sudah terjadi, di mana beberapa akun bank diretas. Dalam hal ini, pihaknya telah mengatasi melalui Indonesia Anti Scam Center (IASC). Dalam satu hari, setidaknya IASC menerima 822 laporan dari korban penipuan. Hal ini berarti, setidaknya ada 24.643 laporan yang diterima IASC setiap bulan.

Rizal menilai pelaku scam memanfaatkan teknologi untuk mengelabui korbannya. Saat ini pelaku penipuan (scammer) tidak hanya menyasar melalui panggilan telepon maupun pesan singkat (SMS) saja, tapi juga sudah menargetkan melalui platform media sosial, seperti Instagram, TikTok, X, hingga android package kit.

ADVERTISEMENT

"Ada dokter spesialis mengadu ke tempat kami karena dia katanya korban dari sosek. Ternyata setelah kami dalami love scam. Ini perhatian nih buat bapak-bapak yang kira-kira di atas 40 yang kehidupannya sudah mapan, ada romance scam atau love scam. Jadi kira-kira ya abang ganteng, abang banyak uang, terus minta beli pulsa, lama-lama beli mobil, beli rumah, barulah dikuras uangnya, orangnya nggak ketemu," jelas Rizal.

"Lalu yang tidak kalah pentingnya impersonation. Dia niru-niru tokoh-tokoh terkenal gitu ya. Jadi sehingga uangnya itu tidak kembali," imbuh Rizal.

Rizal menerangkan dari penipuan ini, IASC telah menyebabkan kerugian yang diterima masyarakat mencapai Rp 4,1 triliun. Dari total tersebut, hanya 10% atau setara Rp 348 miliar yang dapat diblokir IASC. Menurut Rizal, pelaku penipuan sangat cepat dalam memindahkan uang dari rekening yang dituju korban.

"Kecepatan hilangnya uang dari rekening itu, itu cuma 12 menit. 12 menit ke atas, uangnya bablas secara multi-layer. Ini yang perlu kita antisipasi sekaligus kita waspadalah. Jangan terlalu tergiur dengan investasi ilegal," terang Rizal.

Rizal menjelaskan bertambahnya korban penipuan ini tak lepas dari literasi keuangan yang masih minim di masyarakat. Saat ini, OJK terus menggeber literasi keuangan digital dengan bekerja sama dengan beberapa kementerian/lembaga.

"Kita literasi keuangan terutama keuangan digital, ini masyarakat kita, kita secara masif di OJK ya, bekerjasama dengan kementerian lembaga, bahkan kita kerjasama dengan pelaku usaha jasa keuangan. Jadi kita lakukan literasi secara terus-menerus ya, dengan berbagai kanal. Lalu kita lakukan sinergi, dengan kementerian lembaga," tutur Rizal.

Simak juga Video 'OJK Temukan 25 Ribu Rekening Terindikasi Judi Online':

(kil/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads