Respons Bos OJK soal IMF yang Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI

Respons Bos OJK soal IMF yang Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI

Andi Hidayat - detikFinance
Selasa, 19 Agu 2025 11:14 WIB
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar - Foto: OJK
Jakarta -

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimis memandang pertumbuhan ekonomi RI tahun 2025. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam acara Risk & Governance Summit (RGS) 2025.

Optimisme tersebut mengacu pada proyeksi pertumbuhan ekonomi berdasarkan proyeksi dari International Monetary Fund (IMF). Adapun sebelumnya, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi RI menjadi 4,7% tahun ini.

Kemudian IMF merevisi proyeksi tersebut menjadi 4,8% dalam laporan World Economic Outlook (WEO) edisi Juli 2025. Sementara pada tahun 2026, IMF menetapkan angka pertumbuhan ekonomi yang sama dengan 2025, yakni 4,8%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, terang Mahendra, Standard & Poor's juga mempertahankan rating RI pada peringkat BBB untuk jangka panjang dan A2 untuk jangka pendek dengan outlook stable. Diketahui pada kuartal II 2025, terang Mahendra, ekonomi Indonesia tumbuh mencapai 5,12% yoy.

ADVERTISEMENT

"Penilaian ini mencerminkan kepercayaan yang terus terjaga terhadap kekuatan perekonomian yang didukung oleh kondisi fiskal serta sektor keuangan yang solid," ungkap Mahendra dalam sambutannya di acara RGS di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (19/8/2025).

Mahendra mendorong pemerintah untuk terus meningkatkan daya saing, mengoptimalkan peluang, dan mendorong keterlibatan lembaga jasa keuangan dalam skema pembiayaan. Menurutnya, peran lembaga keuangan dapat ditingkatkan untuk membiayai berbagai program prioritas.

Namun begitu, ia menekankan bahwa pemerintah perlu tetap meningkatkan manajemen risiko dan tata kelola yang baik. Selain itu, pemerintah juga perlu fokus pada penguatan ekosistem yang sehat dan inklusif.

"Ke depan membangun ekonomi yang inklusif dan tangguh menuntut integrasi antar sektor regulasi yang responsif, kebijakan fiskal moneter yang sinergis serta penggunaan GRC yang adaptif dan kolaboratif," tutupnya.

Lihat juga Video: Strategi Prabowo Untuk Pertumbuhan Ekonomi di RAPBN 2026

(kil/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads