Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menilai Indonesia cukup pintar untuk menghadapi krisis. Hal ini berkaca pada sejumlah krisis yang melanda, mulai dari tahun 1997-1998, 2008, hingga pandemi COVID-19 2020-2021.
"Kita sudah cukup pintar kita belajar krisis 1998, 2008, 2015 2020, 2021 kita keluar dengan baik masih tumbuh dengan baik meski sekarang ada ketidakpastian global," ujar Purbaya dalam LPS Financial Festival 2025 di Medan, Sumatera Utara, Rabu (20/8/2025).
Purbaya Bercerita, saat krisis keuangan 2008, Indonesia berhasil mengambil keputusan tepat sehingga perekonomian domestik terjaga dengan baik. Menjaga perekonomian domestik menjadi kunci bagi Indonesia mempertahankan perekonomian tetap tumbuh 4,6%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu pemerintah memutuskan untuk menurunkan suku bunga demi menjaga konsumsi domestik. Hal ini berbuah manis di mana ekonomi Indonesia berhasil tumbuh berkat terjaganya daya beli domestik saat negara-negara lain terpuruk.
"Jadi jadi tahun 2009 ekonomi kita tumbuh 4,6% dengan menjaga domestik saja. Globanya ancuran-ancuran Malaysia, Thailand, Korea Jepang, Amerika, Eropa semuanya tumbuh negatif tapi kita bisa tumbuh seperti itu dan jadi dikagumi oleh dunia banyak orang dari dunia," tuturnya.
Menurut Purbaya, ketidakpastian ekonomi akan muncul setiap waktu dan menimbulkan kekhawatiran. Tapi yang paling penting dari semua itu adalah bagaimana mengendalikan ekonomi dalam negeri seperti yang dilakukan pada masa krisis sebelumnya.
"Ini mah setiap tahun ada ketidakpastian global, selalu ada. Yang penting bagaimana kita mengendalikan domestic demand kita dengan approach yang betul dan kita sudah mengerti itu dan kita sudah tau bagaimana mengendalikannya," tutupnya.
(ily/ara)