Airlangga Buka Suara soal Bank Diguyur Rp 200 T: Tunggu Menteri Keuangan

Airlangga Buka Suara soal Bank Diguyur Rp 200 T: Tunggu Menteri Keuangan

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 11 Sep 2025 22:52 WIB
Presiden Prabowo Subianto memanggil sejumlah menteri kabinet untuk rapat terbatas (ratas) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (9/9/2025).
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto.Foto: (Eva Safitri/detikcom)
Jakarta -

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa akan mengguyur Rp 200 triliun dana pemerintah di Bank Indonesia ke bank nasional. Rencananya, mulai besok, Jumat (12/9/2025), 6 bank BUMN akan dibagi-bagi dana Rp 200 triliun tersebut.

Dana tersebut disimpan dalam bentuk rekening pemerintah, dan akan digunakan untuk menggenjot penyaluran kredit bank, sehingga bisa menggenjot kegiatan perekonomian.

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto pun buka suara soal dampak kebijakan tersebut terhadap perekonomian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ya tunggu saja reform sudah berjalan. Kan implementasi PP 28 juga akan berjalan 5 Oktober," ujar Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (11/9/2025).

ADVERTISEMENT

Selebihnya, dia tak mau berkomentar banyak dan menyerahkan kebijakan tersebut kepada Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa

"Nanti tunggu dari menteri keuangan saja," ujarnya singkat.

Sebelumnya, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto menyatakan kebijakan suntikan dana Rp 200 triliun punya potensi dapat menggenjot perekonomian. Namun dampaknya bisa saja tidak maksimal apabila tidak ada dukungan kebijakan pemerintah untuk merelaksasi kemudahan berusaha di sektor riil.

"Kalau tidak, ya ujungnya ekonomi tidak akan tumbuh seperti ekspektasi yang diharapkan," ungkap Eko dalam diskusi publik sore tadi.

Eko menilai perbankan sebetulnya saat ini kekurangan permintaan kredit dari masyarakat dan dunia usaha. Semua terjadi karena sektor usaha juga lesu, perlu dorongan dari pemerintah untuk menggairahkan sektor usaha.

"Dilihat dari kredit yang disetujui bank tapi tak diserap sektor riil itu besar. Itu menandakan bank juga sebenarnya hari ini juga nyari siapa yang mau pinjam, mereka juga bingung credit growth-nya rendah sekali," papar Eko.

(hal/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads