Purbaya Ingatkan Bank Penerima Rp 200 T: Kalau Nggak Hati-hati Bisa Dipecat

Purbaya Ingatkan Bank Penerima Rp 200 T: Kalau Nggak Hati-hati Bisa Dipecat

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 16 Sep 2025 18:29 WIB
Purbaya Yudhi Sadewa resmi menjabat sebagai Menteri Keuangan. Hal ini ditandai dengan prosesi Serah Terima Jabatan (Sertijab) di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa (9/9/2025).
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.Foto: Pradita Utama/detikcom
Jakarta -

Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menjawab kekhawatiran soal risiko kredit macet atau non performing loan (NPL) terkait penempatan dana Rp 200 triliun di perbankan. Purbaya menilai perbankan cukup pintar mencegah hal tersebut.

Purbaya memberi sinyal bahwa prinsip kehati-hatian tetap menjadi tanggung jawab perbankan. Jika pada akhirnya terjadi kredit macet, Purbaya menilai pihak yang bertanggung jawab layak dikenakan sanksi pemecatan.

"Karena perbankan cukup pinter harusnya. Kalau mereka kasih pinjaman nggak hati-hati jadi NPL ya harusnya mereka dipecat," tegas Purbaya saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenanan, Jakarta, Selasa (16/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Purbaya juga membantah permintaan terhadap kredit sedang lesu. Bendahara Negara meminta pihak yang menghembuskan kabar itu agar belajar lagi ilmu ekonomi.

"Siapa bilang? Ada ekonom yang bilang begitu kan? Dia mesti belajar lagi ekonomi," sebut Purbaya.

ADVERTISEMENT

Purbaya lalu memberi contoh kondisi pada 2021 ketika pandemi COVID-19 membuat permintaan kredit diyakini rendah. Namun setelah pemerintah menyuntikkan likuiditas dalam jumlah besar, uang beredar bertambah dan kredit juga berhasil tumbuh.

"Waktu itu kredit tumbuhnya rendah sekali. Semua orang bilang, kita kredit gak bisa tumbuh sebelum ekonomi membaik. Saya balik. Saya inject uang ke sistem dengan cara tertentu ya. Saya kan bukan menteri, bukan gubernur bank sentral. Kita inject uang ke sistem pada waktu bulan Mei 2021. Cukup signifikan M0 tumbuh double digit dalam waktu yang hampir bersamaan, kredit juga tumbuh," bebernya.

Menurutnya, fenomena tersebut menunjukkan perilaku ekonomi yang konsisten terhadap stimulus. Saat bunga turun dan likuiditas melimpah, pelaku usaha maupun masyarakat terdorong untuk belanja dan melakukan ekspansi.

"Kan orang yang punya uang jadi nggak sayang belanja lagi. Kenapa? Loh bunganya lebih kecil dari sebelumnya, gue abisin aja duit saya. Kayak gitu. Sementara orang yang punya perusahaan yang mau ekspansi nggak takut lagi pinjam uang. Kenapa? Bunganya lebih rendah dari sebelumnya, jadi ini kesempatan untuk berekspansi. Teorinya seperti itu di belakang layar," jelas Purbaya.

Simak juga Video Purbaya soal Rp 200 T Buat Bank: Mereka Orang Pintar, Selama Ini Malas

(ily/rrd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads