Bank Indonesia (BI) buka-bukaan soal penyebab melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan rupiah dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan tekanan kondisi global dan domestik menjadi penyebab melemahnya rupiah lebih dari Rp 16.500/US$. Meski begitu, BI berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
"Beberapa hari yang lalu dan memang kemudian di minggu hari-hari terakhir, ada tekanan dari global dan domestik sehingga kemudian melemah menjadi Rp 16.500. Kami terus berkomitmen kuat untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," ungkap Perry dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi XI DPR RI, Senin (22/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun jika dilihat dari beberapa bulan lalu, terang Perry, nilai tukar rupiah mulai berada di posisi yang stabil. Ia menjelaskan, rupiah sempat tembus lebih dari Rp 17.000/US$ saat Presiden Donald Trump mengumumkan tarif resiprokal.
Baca juga: Dolar AS Pagi Ini Menguat ke Level Rp 16.637 |
"Kalau kita lihat, nilai tukar rupiah yang pada awal April 2025, di mana pada waktu itu pertama kali diumumkan resiprokal tarif pada waktu itu pernah mencapai sekitar Rp 17.000 bahkan di atas Rp 17.000 dan kemudian kami kemarin telah melakukan stabilisasi sehingga kemarin menguat ke 16.300 beberapa hari yang lalu," jelasnya.
Perry menegaskan, BI berkomitmen menjaga nilai tukar rupiah melalui intervensi luar negeri di pasar non-deliverable forward atau pasar valuta asing luar negeri maupun transaksi secara tunai, spot, dan domestik. Selain itu, BI juga melakukan pembelian SBN Sekunder untuk meningkatkan likuiditas.
"Kami memandang bahwa nilai tukar rupiah adalah salah satu bagian penting dari stabilitas perekonomian dan stabilitas dari negara," tutupnya.
Tonton juga video "Rupiah Kembali Stabil, BI Terapkan Kebijakan Ini" di sini:
(acd/acd)