BI Tahan Bunga Acuan, Masih Bisa Turun?

BI Tahan Bunga Acuan, Masih Bisa Turun?

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Kamis, 23 Okt 2025 07:30 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia, lgo bank indonesia, bi, gedung bank indonesia di Jakarta
Gedung Bank Indonesia -Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan BI rate tetap sebesar 4,75% Deposit Facility 3,75% dan Lending Facility tetap 5,5%. Hal ini berdasarkan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada tanggal 21 dan 22 Oktober 2025.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan ini sejalan dengan upaya bersama mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menjaga tetap rendahnya inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah.

"Keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi 2025-2026 yang tetap terjaga rendah dalam sasaran 2,5 plus minus 1%, upaya mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, serta sinergi untuk turut memperkuat pertumbuhan ekonomi," kata Perry, dalam Konferensi Pers Hasil RDG BI, melalui saluran telekonferensi, Rabu (22/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BI Rate Masih Bisa Turun

Secara garis besar, Perry menilai masih ada ruang untuk menurunkan suku bunga BI Rate di masa mendatang, Hal ini mempertimbangkan sejumlah alasan, antara lain kondisi inflasi rendah dan sinergi bersama pemerintah dalam menggeber pertumbuhan ekonomi.

ADVERTISEMENT

"Dua pertimbangan ini, inflasi rendah dan perlunya bersinergi mendorong pertumbuhan ekonomi itulah landasan utama kami masih memandang ruang penurunan suku bunga masih terbuka," ujarnya.

BI memproyeksikan bahwa inflasi tahun 2025-2026 masih cukup rendah, khususnya pada inflasi inti yang rendah dan terkendali dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus 1%. Dengan inflasi yang terkendali, menurut Perry masih terbuka ruang penurunan suku bunga.

Sedangkan menyangkut pertimbangan kedua, yakni pertumbuhan ekonomi, BI dan pemerintah tengah bersinergi kuat dalam mendorong hal tersebut. Dalam hal ini, BI memandang bahwa pertumbuhan ekonomi tahun depan masih di bawah kapasitas output nasional.

"Kami memandang pertumbuhan ekonomi yang sekarang maupun tahun depan masih di bawah kapasitas output nasional. Dengan demikian, mendorong permintaan domestik mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, itu masih sejalan dengan keinginan kita mendorong pertumbuhan lebih tinggi tanpa menimbulkan risiko kenaikan inflasi, khususnya inflasi inti," jelasnya.

Selaras dengan hal tersebut, bersama Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, pihaknya terus berupaya menambah ekspansi fiskal pengeluaran pemerintah untuk mendorong sektor-sektor rill. Salah satunya dengan mendukung penempatan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) pemerintah Rp 200 triliun di perbankan.

BI bersama pemerintah juga mendorong pertumbuhan ekonomi melalui ekspansi likuiditas dan kebijakan insentif likuiditas makro prudensial maupun digitalisasi. Akan tetapi, Perry belum dapat memastikan kapan waktunya BI akan menurunkan suku bunganya kembali.

"Masalah waktunya tentu saja yang tadi kami sampaikan, setelah enam kali kami turunkan, fokus kami adalah memperkuat transmisi kebijakan moneter yang sudah kami tempuh," ujar Perry.

Perry mengatakan, penurunan suku bunga BI rate telah diikuti penurunan suku bunga di pasar uang, bahkan suku bunga yield imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN). Permasalahan yang menjadi fokus saat ini ialah bagaimana dampaknya ke depan terhadap suku bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) dan suku bunga kredit yang turunnya masih berjalan lambat.

"Kami masih melihat ruang penurunan suku bunga. Tapi fokus kami saat ini bagaimana memperkuat efektifitas transmisi kebijakan-kebijakan moneter makropudential yang sudah kami tempuh dan bagaimana kami terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Itu timingnya akan kami lihat bulan ke bulan," terangnya.

Lihat juga Video: BI Diperkirakan Pangkas Suku Bunga ke 4.50%, Rupiah Berpotensi Melemah!

(kil/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads