Perusahaan fintech Indonesia mejeng dalam pameran Singapore Fintech Festival 2025. Acara ini merupakan wadah berkumpulnya perusahaan-perusahaan fintech dan pemangku kepentingan dari berbagai negara.
Festival yang digelar pada 12-14 November 2025 di Singapura ini menjadi ajang kolaborasi para pemimpin industri untuk membahas tantangan global dan mendorong pertumbuhan keuangan yang lebih cerdas dan inklusif.
Tiga perusahaan fintech Indonesia, yang juga anggota Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), ikut berpartisipasi. Ketiganya adalah Credit Bureau Indonesia (CBI), Moneta Pay, dan Smart Salary.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"AFPI mengunjungi Singapore Fintech Festival untuk mendukung anggota kami yang ikut serta, dan beberapa booth dari ekosistem maupun anggota kami juga ada di sini. Tujuannya adalah agar kita bisa bekerja sama dengan semua ekosistem yang ada di Singapore Fintech Festival ini, di mana tentunya banyak negara dan perusahaan yang hadir di sini," kata Ketua Umum AFPI Entjik S. Djafar di Singapore Expo, kawasan Changi, Singapura, Rabu (12/11/2025).
Perusahaan Fintech RI mejeng di Singapura Foto: Shafira Cendra Arini/detikcom |
Entjik mengatakan acara ini menjadi momentum bagi perusahaan fintech untuk menjaring kerja sama di lingkup global. Hal ini sebagai bagian dari upaya mendukung Indonesia menjadi leader dalam industri fintech.
Meski tergolong muda, menurut Entjik, industri fintech peer-to-peer (P2P) lending atau pinjaman daring (pindar) di Indonesia terbilang sudah berkembang pesat. Setiap tahunnya, industri mencatatkan kinerja dengan tren meningkat.
Hal ini juga didorong oleh hadirnya dukungan pemerintah serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam memfasilitasi para pelaku industri melalui berbagai regulasi.
Kini, menurut Entjik, industri fintech P2P lending RI terbilang cukup mapan, bahkan banyak negara yang belajar dari Indonesia.
"Lebih dari 10 tahun terakhir ini, kita banyak belajar tentang bagaimana analisis kelayakan kredit based on artificial intelligence (AI), dan tentunya credit scoring yang memadai. Sehingga, ke depannya kita harapkan fintech P2P lending di Indonesia menjadi leader untuk industri P2P lending di Asia," ujarnya.
Dalam kesempatan terpisah, Sales Director CBI Peter Sugiapranata menyampaikan, Singapore Fintech Festival 2025 menjadi ajang bagi perusahaannya untuk menjaring kemitraan dengan perusahaan-perusahaan global papan atas.
"Saya kira pasar di Singapore Fintech Festival ini sangat menarik. Dari bank-bank top, tadi ada beberapa bank dari berbagai negara yang kebetulan punya subsidiari di Indonesia, maupun fintech, itu macam-macam," kata Peter.
CBI sendiri merupakan Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP) yang menyediakan informasi kredit dan solusi manajemen risiko keuangan di Indonesia, di bawah izin dan pengawasan OJK. Informasi tersebut dalam rangka membantu lembaga keuangan dan bisnis membuat keputusan terkait kredit dan manajemen risiko.
Karena itulah, kebanyakan perusahaan global yang bermitra dengan CBI merupakan perusahaan yang memiliki anak usaha di Indonesia. Berkaca pada acara-acara sebelumnya, mayoritas perusahaan yang tertarik bekerja sama berasal dari negara-negara Asia Tenggara.
"Di expo ini ada bank, market finance, fintech lending. Saya kira animo yang datang ke sini cukup tinggi, dan level yang datang harus diakui cukup oke. Tadi ada kayak direktur utama bank dari beberapa negara, terus ada juga beberapa bank lokal Indonesia yang hadir di sini. Mereka melihat, istilahnya membuka mata dan wawasan, apa saja yang tersedia, pilihan-pilihannya. Jadi persaingan sempurna, semua ada di sini," ujarnya.
(shc/hns)












































