Pemerintah AS Shutdown, BI: Ketidakpastian Pasar Keuangan Meningkat

Pemerintah AS Shutdown, BI: Ketidakpastian Pasar Keuangan Meningkat

Anisa Indraini - detikFinance
Rabu, 19 Nov 2025 15:16 WIB
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo
Foto: Dok. YouTube Bank Indonesia
Jakarta -

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan ketidakpastian pasar keuangan global kembali meningkat akibat penutupan pemerintah (government shutdown) Amerika Serikat (AS) dan arah suku bunga kebijakan moneter negara yang dipimpin Presiden Donald Trump tersebut.

Perry mengatakan pertumbuhan ekonomi AS masih melambat karena berlanjutnya dampak tarif dagang dan sempat berhentinya aktivitas pemerintah. Sebagaimana diketahui, terjadi government shutdown di AS dari 1 Oktober sampai 12 November 2025 atau terlama sepanjang sejarah.

"Ketidakpastian pasar keuangan global kembali meningkat di tengah terjadinya temporary government shutdown dan arah suku bunga kebijakan moneter AS. Pertumbuhan ekonomi AS masih melambat akibat berlanjutnya dampak tarif dagang AS dan sempat berhentinya aktivitas pemerintah yang terlama sepanjang sejarah dan kemudian berdampak pada tetap lemahnya ketenagakerjaan AS," kata Perry dalam konferensi pers virtual, Rabu (19/11/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak hanya di AS, Perry menyebut perlambatan ekonomi juga terjadi di Jepang, China dan India akibat permintaan domestik yang belum kuat. Sementara itu, ekonomi Eropa tumbuh lebih tinggi dari perkiraan akibat realisasi pertumbuhan di kuartal III-2025 yang ditopang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan investasi seiring pelonggaran kebijakan moneter.

ADVERTISEMENT

"Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi dunia 2025 diperkirakan tetap sekitar 3,1%, lebih rendah dari realisasi pada 2024," jelas Perry.

Perry menuturkan, ketidakpastian pasar keuangan global dipengaruhi oleh penurunan suku bunga kebijakan bank sentral AS yang dinilai lebih hati-hati. The Fed diperkirakan akan menahan penurunan suku bunga di sisa 2025 ini.

"Kebijakan tarif menahan penurunan inflasi AS, serta kondisi pasar tenaga kerja yang belum kuat akibat kebijakan imigrasi dan berhentinya aktivitas pemerintah di AS," imbuhnya.

Simak juga Video 'Bos BI soal Redenominasi Rupiah: Kami saat Ini Fokus Jaga Stabilitas':

(acd/acd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads