BI Pasang Alarm Global, Ketidakpastian Ekonomi Masih Mengintai

BI Pasang Alarm Global, Ketidakpastian Ekonomi Masih Mengintai

Anisa Indraini - detikFinance
Rabu, 17 Des 2025 14:56 WIB
BI Pasang Alarm Global, Ketidakpastian Ekonomi Masih Mengintai
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

memperkirakan ketidakpastian ekonomi global ke depan tetap tinggi dengan prospek pertumbuhan yang masih lemah. Kondisi ini dinilai memerlukan kewaspadaan dan penguatan respons kebijakan untuk memperkuat daya tahan ekonomi domestik dari dampak rambatan global.

"Ketidakpastian perekonomian global diperkirakan tetap tinggi dengan prospek pertumbuhan ekonomi dunia yang masih lemah. Kondisi tersebut memerlukan kewaspadaan dan penguatan respons kebijakan untuk memperkuat daya tahan ekonomi domestik dari dampak rambatan global, serta untuk mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi di dalam negeri," kata Perry dalam konferensi pers virtual, Rabu (17/12/2025).

Perry menilai perekonomian global dalam jangka pendek sebenarnya sudah sedikit membaik, namun ketidakpastian masih tinggi. Pertumbuhan ekonomi dunia pada 2025 diperkirakan menjadi sekitar 3,2%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dipengaruhi oleh kenaikan ekonomi Jepang dan India yang didukung konsumsi rumah tangga dan kebijakan stimulus fiskal. Prospek ekonomi kawasan Eropa tetap baik ditopang konsumsi rumah tangga, investasi dan kondisi ketenagakerjaan," jelas Perry.

ADVERTISEMENT

Pada 2026, Perry memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia akan melemah menjadi 3%. Pelemahan ini dipengaruhi dampak lanjutan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) dan kerentanan rantai pasok global.

"Ekonomi AS pada 2025 masih melambat dipengaruhi dampak temporary government shutdown dan pelemahan pasar tenaga kerja. Prospek ekonomi Tiongkok juga terus melambat dipengaruhi permintaan domestik yang tetap lemah," jelas Perry.

Di pasar keuangan global, suku bunga kebijakan moneter AS Fed Fund Rate turun 25 basis poin ke level 3,50-3,75% pada Desember 2025. Perry melihat kecenderungan penurunan ke depan akan lebih terbatas.

"Tingkat imbal hasil atau yield US treasury untuk tenor 2 tahun cenderung bergerak naik, sementara yield US treasury 10 tahun tetap tinggi sejalan dengan tingginya tingkat utang pemerintah AS. Perkembangan ini menyebabkan indeks mata uang dolar AS masih tetap tinggi dan tetap terbatasnya aliran masuk modal asing ke emerging market," imbuhnya.

Simak juga Video Bos BI soal Redenominasi Rupiah: Kami saat Ini Fokus Jaga Stabilitas

(aid/fdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads