BI Permudah Hitungan ATMR

BI Permudah Hitungan ATMR

- detikFinance
Selasa, 15 Apr 2008 16:28 WIB
Jakarta - BI memberikan insentif kemudahan untuk perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) atas obligasi korporasi yang dimiliki perbankan dengan persyaratan tertentu. Dari semula ATMR harus mencapai 100% kini bisa lebih rendah sesuai rating obligasi korporasi yang dimiliki bank.

Demikian dikatakan oleh Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Halim Alamsyah dalam jumpa pers di gedung BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Selasa (15/4/2008).

Untuk obligasi korporasi yang memiliki rating AAA sampai AA- maka ATMR-nya menjadi 20%. Untuk obligasi korporasi yang ratingnya A+ sampai A- maka ATMR-nya 50%. Sementara untuk obligasi yang tidak berating atau dibawah A-, maka ATMR tetap 100%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Halim mengatakan ada persyaratan tertentu yang meliputi aturan ini. Pertama, penurunan bobot risiko dalam penghitungan ATMR obligasi korporasi. Hal ini berlaku bagi obligasi korporasi untuk tujuan non trading atau hold to maturity.

Kedua, penerbit obligasi tersebut adalah perusahaan domestik non bank. Ketiga, obligasi korporasi tersebut diperingkat oleh lembaga rating yang diakui oleh BI.

"Tapi jika obligasi korporasi diperingkat oleh dua lembaga rating atau lebih, maka pemeringkat yang dipakai BI adalah rating yang terendah," tutur Halim.

Keempat, penanaman dalam obligasi korporasi baik trading maupun non trading dibatasi maksimal 60% dari modal bank. "Sementara itu bagi bank yang sudah terlanjur memiliki lebih dari 60%, maka diminta untuk segera menyesuaikan dan diberi tenggang waktu maksimum 3 tahun," kata Halim.

Kelima,
penanaman dalam obligasi korporasi baik trading mupaun non trading yang diterbitkan satu penerbit dibatasi maksimal 10% dari modal bank.

Halim mengatakan, lembaga rating yang diakui oleh BI saat ini adalah Pefindo, Moody's, Fitch.

"Aturan tentang perhitungan ATMR dibuat dalam rangka financial deepening, salah satu langkah terobosan adalah mendorong bank untuk melakukan penanaman dalam obligasi korporasi dengan rating yang bagus," katanya.

Dia juga mengatakan sumber pembiayaan perekonomian saat ini masih sangat tergantung dari kegiatan usaha perbankan. Karena itu perlu terobosan-terobosan yang memungkinkan tersedianya sumber pembiayaan investasi berjangka panjang yang sangat dibutuhkan. Hal ini untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pembukaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan.

Menurut Halim, sumber pembiayaan investasi berjangka panjang yang cukup potensial adalah penerbitan obligasi oleh korporasi. Akan tetapi penghitungan ini tidak bisa dimasukkan dalam penghitungan LDR. (ir/qom)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads