"Bahannya dari bambu pertimbanganya dari bambu itu tumbuhnya lebih cepat kalau kayu tumbuhnya lama, selain itu kalau bambu karakternya lebih dingin kalau di handphone, selain itu juga masalah soal renewable-nya itu masa tebang lebih pendek kalau bambu lebih cepat 1-2 tahun," ujar pemilik Batik Geek, Nurlita, kepada detikFinance, akhir pekan lalu.
Ia memilih berbisnis casing telepon genggam ini karena telah memilik pengalaman sebelumnya di bidang yang sama, yaitu berjualan aksesoris handphone, namun kalah saing dengan kompetitornya sehingga ia beralih berbisnis casing handphone Batik Geek ini. Selain itu, ia juga ingin mengenalkan batik lewat casing telepon genggam. Nurlita mengerjakan bisnis ini tak sendiri, ia dibantu temannya Afrizal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Pilihannya casing handphone sendiri dulu awal pernah jual aksesoris handphone garskin jadi pasarnya lebih tahu, terus waktu itu garskin pas lagi booming saingannya banyak, di sisi lain aku pertahankan kualitas, aku jual Rp 80-100 ribu. Sedangkan di pasaran yang jual lebih murah Rp 10-50 ribu ada kan kalau customer online nggak tahu kualitas, lari ke yang murah akhirnya kalah saing coba yang baru di Batik Geek. Batik Geek ini dikerjakan berdua sama teman Afrizal, dulu pertimbangannya orang pakai handphone pasarnya besar kita juga ingin supaya batik bisa tren lewat casing smartphone, batiknya di-pattern diukir," lanjut Nurlita.
Wanita yang pernah mengenyam kuliah di Universitas Telkom ini mengatakan, awal mula ia memulai bisnis ini ketika ia mengikuti lomba perencanaan bisnis dan memenangkannya, dari situ ia mendapatkan modal sebesar Rp 3 juta untuk bisnisnya.
"Batik Geek pertama tahun 2012, dengan modal Rp 3 juta itu hasil dari lomba, jadi bikin business plan, nah business plan-nya itu dilombakan dan menang kita jadiin modal untuk beli bahan baku dan alat-alat sederhana," ujar Wanita yang pernah kuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual ini.
Casing handphone miliknya dijual kisaran Rp 300-400 ribu. Setiap harinya, iya mampu memproduksi 30-50 casing handphone. Omzet yang dihasilkannya per bulan di kisaran Rp 50-100 juta.
"Casing dijual dengan harga Rp 300-400 ribu per piece, pembuatannya sendiri dari pertama dari bikin motif sketch, sketch konsep baru dibuat digital, omzetnya per bulan kisaran Rp 50-100 juta tergantung kita lagi ikut event apa nggak kalau ikut event lumayan, biasanya ikut bazaar," tutur Nurlita.
![]() |
Saat ini kesulitan yang dihadapi menurutnya memenuhi keinginan masyarakat Indonesia yang memiliki berbagai macam jenis handphone, namun Nurlita hanya memproduksi untuk handphone tertentu saja.
"Kesulitan memenuhi keinginan masyarakat di Indonesia tipe hp di Indonesia kan banyak banget, kita sanggup model tertentu di sisi lain banyak orang yang tertarik tapi tipe handphone-nya nggak kita produksi, kalau custom ukiran bisa tapi tipe belum," ungkapnya.
Dengan berbisnis casing handphone ini, ia pernah mengirim barangnya ke luar negeri seperti Jerman, Belanda, Amerika, dan Korea. Ia memasarkan barang dagangannya secara online. Ke depan ia berharap masih terus bisa bertahan di bisnis casing handphone ini dan akan terus mengembangkan motif selain itu kembangkan ke produk alat tulis dan jenis gadget yang lain.
"Pernah ngirim ke luar negeri ke Jerman, waktu itu dia langsung kontak via email mau jual lagi di sana, pernah kirim juga ke Belanda, Korea, Amerika, jadi kadang-kadang gini bazar expat-nya banyak kadang dia beli pas mereka pulang kampung. Kalau aku ingin bisnis seterusnya, ke depan tentu masih mau kembangkan bisnis soalnya motif di Indonesia banyak mau di eksplor ingin ambil motif ingin mengembangkan material ke motifnya juga mengembangkan produk stationery atau barang yang lagi ini smartwatch lebih ke arah gadget. Untuk jual ada web sendiri ada di Instagram, Facebook, dan Twitter bisa langsung pesan di situ," imbuhnya.
Untuk melihat casing handphone yang dijual Nurlita bisa mengunjungi:
Instagram : @Batikgeek
website : www.batikgeek.com
Twitter : @batikgeek
Facebook : Batikgeek (wdl/wdl)