Pelajaran Keuangan Ramadan: Berbuka Dengan yang Manis

Pelajaran Keuangan Ramadan: Berbuka Dengan yang Manis

Eko Endarto - detikFinance
Senin, 20 Jun 2016 07:20 WIB
Foto: Dok. Finansia Consulting
Jakarta - Ramadan sepertinya tidak akan klop tanpa ada yang namanya takjil. Seperjalanan saya dari kantor di sekitar Senayan menuju rumah daerah Serpong saya bisa melihat begitu banyak tempat singgah yang menawarkan makanan selingan yang hanya terjadi saat Ramadan.

Fenomena ini cukup menarik, di mana saat kita puasa kita merasa wajar saja setelah 'berjuang keras' sepanjang hari menahan lapar dan haus, maka menyenangkan diri dengan segelas takjil manis, sekantong gorengan, sebungkus lauk pauk, seplastik buah dan makanan pelengkap lainnya menjadi teman menu utama berbuka.

Kalau kita mau jujur, seharusnya saat Ramadan keuangan kita menjadi lebih baik. Bayangkan tidak harus mengeluarkan uang makan dan minum di siang hari adalah angka yang cukup besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai contoh, makan siang saya tiap hari rata-rata Rp 35.000. jadi kalau saya tidak makan siang saja selama Ramadan maka saya bisa mendapatkan penyisihan dana sebesar Rp 35.000 x 30 hari yaitu sebesar Rp 1.050.000. Bukan angka yang kecil loh ini.

Tapi kenyataannya setiap Ramadan bukannya mendapatkan tambahan dana sebesar tadi, malah biasanya harus ambil tabungan dan THR yang datangnya sebelum Lebaran pun harus ikut terkuras sebagian untuk hidup saat Ramadan.

Kan harga-harga naik saat puasa. Ya benar saya tidak menyangkal itu. Tapi saya juga sekali lagi heran dengan kondisi ini.

Kenapa saat kita tidak makan di siang hari yang artinya permintaan akan makanan dan minuman lebih sedikit kok harga bahan makanan malah naik?

Mengambil Manfaat dengan Ramadhan

Semoga cerita saya di atas tidak dialami oleh Anda semua di mana saat Ramadan yang harusnya Anda bisa memperoleh dana lebih malah tekor atau kehabisan.

Dalam kasus saya, setiap pulang 'tentengan' yang dibawa sebagai pelengkap berbuka ternyata selalu lebih besar dari Rp. 35.000, jadi penghematan yang seharusnya diperoleh menjadi sia-sia.

Padahal kalau kita mau jujur, dari Ramadan kita akan memperoleh banyak pelajaran. Seperti saya katakan di atas, Ramadan memungkinkan kita mendapatkan dana lebih namun karena kita mengubah gaya hidup kita menjadi gaya hidup Ramadan maka dana lebih tadi menjadi hilang.

Ketika berbuka, sebenarnya sangat tidak dianjurkan untuk memakan yang terlalu banyak dan juga beragam. Ramadan mengajarkan kita untuk tahu ternyata sebenarnya kebutuhan kita tidak banyak, keinginannya yang banyak.

Sebenarnya kalau kita bisa cukup dengan yang ada maka keuangan kita akan lebih baik. Nah Ramadan sebenarnya memberikan pelajaran kita untuk menjadi orang kaya.

Orang kaya sebenarnya bukan orang yang hartanya banyak, tapi sederhana saja yaitu bisa berbagi. Ketika orang bisa berbagi maka dia pasti punya kelebihan dibandingkan yang lain, dan orang yang punya lebih adalah orang kaya. So… kalau mau kaya belajarlah berbagi saat Ramadan.

Masih bayak pelajaran lain yang bisa kita dapat dari Ramadan, tentang hemat, tentang investasi, proteksi adalah hal lain yang sebenarnya kita bisa dapat dari Ramadan.

Jadi sebenarnya Ramadan tidak harus berarti boros dan keuangan kacau kalau kita tidak selalu mengamalkan berbuka dengan yang manis.

(ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads