1. Mudah terbawa lingkungan/tren dalam berbelanja. Contohnya dengan tren lipstik matte yang sudah berlangsung beberapa lama ini, namun semakin banyak brand terutama brand lokal yang mengeluarkan lipstik jenis ini. Berapa banyak di antara Anda yang tadinya tidak butuh (banyak) lipstik malah jadi membeli banyak warna? Apalagi dengan semakin banyaknya informasi dari lingkungan (teman, kerabat) atau media, maka keinginan untuk memilikinya akan semakin tinggi.
Ini baru lipstik, belum lagi fashion, aksesoris, gadget dan lain sebagainya. Hal ini bukan suatu kesalahan asalkan Anda sudah memiliki anggaran khusus untuk hal-hal seperti ini: misalnya anggaran make up dan pakaian. Namun hal ini akan menjadi kesalahan apabila Anda menggunakan anggaran yang seharusnya untuk hal-hal lain yang penting misalnya untuk investasi pendidikan anak, investasi untuk pensiun Anda, dan lain sebagainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
3. Tidak mempersiapkan risiko yang mungkin terjadi: bercerai, pasangan meninggal, dll. Tentu saja, siapa sih yang menginginkan musibah? Tidak ada. Namun tetap saja sebagai wanita harus bersiap-siap atas segala kemungkinan yang terjadi. Tanyakan kepada diri sendiri: apabila pasangan tidak ada, bagaimana nasib Anda dan anak-anak? Selain harus mempersiapkan proteksi (asuransi), Anda juga harus mengetahui apa saja aset dan utang keluarga Anda dan bagaimana prosedurnya ketika terjadi risiko.
4. Mudah tergiur diskon/sale, apalagi barang untuk anak. Tergiur diskon atau sale sudah biasa, namun apabila menyangkut anak, wanita cenderung mengambil keputusan dengan emosi: perasaan sayang, perasaan bersalah (apalagi bagi ibu bekerja) dan lain-lain. Buatlah anggaran dan patuhi anggaran itu. Ingat, Anda masih harus berinvestasi untuk pensiun dan juga untuk dana pendidikan anak.
5. Takut berinvestasi. Berkaitan dengan kesalahan nomor 2, wanita sebagai 'menteri keuangan' terkadang melihat pengelolaan keuangan sebagai pengelolaan uang belanja/uang bulan ini. Investasi, asuransi, pendidikan dan pensiun dianggap sebagai teritori laki-laki. Padahal belum tentu juga laki-laki lebih bisa berinvestasi, meskipun kecenderungannya laki-laki lebih berani mengambil risiko. Takut berinvestasi mengindikasikan bahwa pengetahuan investasi masih minim, oleh karena itu Anda perlu mencari banyak informasi yang objektif baik mengenai perencanaan keuangan maupun investasi, karena tanpa investasi akan sulit mencapai tujuan keuangan Anda di masa yang akan datang. (ang/ang)











































