Lebih Baik Tabungan Pendidikan atau Asuransi Pendidikan?

Persiapan Dana Pendidikan

Lebih Baik Tabungan Pendidikan atau Asuransi Pendidikan?

M. Kharisma - detikFinance
Jumat, 26 Agu 2016 07:52 WIB
Foto: Istimewa
Jakarta - Sudah pasti semua orang tua akan setuju bahwa pendidikan untuk anak menjadi salah satu hal paling penting dan perlu dipersiapkan sejak dini. Selain karena biaya pendidikan di Indonesiaβ€”dan di luar negeriβ€”sudah semakin mahal (dan akan terus meningkat tentunya), pemilihan sekolah atau perguruan tinggi nantinya juga akan sangat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan yang akan didapat oleh anak.

Belum lagi, kalau biaya pendidikan yang diperlukan harus dikeluarkan bertepatan dengan banyaknya pengeluaran yang sedang dilakukan seperti yang terjadi pada saat ramadan lalu, betul kan? Lalu harus bagaimana dong untuk mempersiapkan dana pendidikan yang paling efektif dan efisien?

Sebelum menjawab pertanyaan umum tersebut, bagi beberapa orang, pemilihan sekolah yang tepat untuk anak juga akan menunjang gengsi sebagai orang tua lohh.. Benar dong? Banyak yang bilang atau berpendapat kalau si anak sekolah di sekolah A, bisa jadi modal network ke depannya (baik bagi orang tua atau anaknya itu sendiri) ataupun dari sisi yang lain semisal cara pergaulan dengan anak-anak di sekolah A akan berbeda dibanding kalau di sekolah B. Apapun itu alasannya, intinya sekolah butuh dana dan persiapan dananya mutlak diperlukan dalam upaya membantu orang tua dalam memilih tempat pendidikan yang sesuai untuk anaknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melakukan persiapan sejak dini penting banget bagi orang tua agar nantinya dapat memilih 'kendaraan' yang tepat dalam upaya mensukseskan rencana yang telah dibangun untuk anak-anaknya kelak. Karena banyaknya 'kendaraan' yang tersedia saat ini, maka diperlukan kehati-hatian dalam memilih dan menseleksi 'kendaraan' mana yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan para orang tua.

Kendaraan yang paling simpel dan sering ditemui saat ini umumnya adalah produk-produk keuangan yang kerap ditawarkan kepada kita. Lalu bagaimana cara memilih produk keuangan yang tepat untuk pendidikan anak kita ke depannya? Produk keuangan jenis apa yang sesuai untuk kita gunakan? Nahh Mari kita bahas satu per-satu.

Berbicara soal pendidikan, tentu produk keuangan umum yang ada dan sudah sangat familiar dengan kita tidak lain dan tidak bukan di antaranya adalah 'tabungan pendidikan' dan 'asuransi pendidikan'. Tabungan pendidikan, karena berasal dari kata tabungan, maka umumnya produk ini berasal dari institusi perbankan. Sedangkan asuransi pendidikan, seperti tersirat dari namanya, dikeluarkan oleh institusi yang bergerak di bidang asuransi.

Asuransi pendidikan merupakan produk asuransi yang digunakan untuk menyediakan sejumlah dana yang dapat digunakan untuk biaya pendidikan anak di masa yang akan datang dengan mempersiapkannya sedari dini. Asuransi ini bisa dikatakan sebagai alternatif (kalau tidak mau dibilang menyamai) tabungan pendidikan yang akan membiayai pendidikan anak mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga ke Perguruan Tinggi (PT), yang kesemuanya tergantung dari jenis asuransi atau tabungan yang akan diambil.

Pada umumnya, asuransi pendidikan dibagi menjadi dua bagian, yaitu investasi dan proteksi. Investasi bertujuan untuk mengumpulkan dana sehubungan dengan biaya pendidikan anak di masa yang akan datang, sedangkan proteksi idealnya bertujuan untuk melindungi dan menjamin biaya kesehatan anak (walaupun yang beredar saat ini banyak yang menanggung biaya kematian) ketika hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada si anak.

So mana yang terbaik untuk digunakan sebagai 'kendaraan' orang tua? Tentu secara umum, setiap produk keuangan akan memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing dan oleh karenanya akan sangat bijaksana jika sebelum memutuskan untuk menggunakan sebuah produk keuangan yang berkaitan dengan dana pendidikan, orang tua diharapkan dapat melakukan proyeksi atas dua hal, di antaranya;

1. Nilai biaya pendidikan anak dengan memperhitungkan biaya saat ini
Misalkan kita ambil contoh dana pendidikan untuk kuliah, asumsi saat ini biaya kuliah di universitas negeri berkisar Rp 100 juta selama 4 tahun, maka dengan mengetahui kebutuhan dana saat ini, kita bisa memproyeksi kebutuhan di masa mendatang.

2. Melihat data historis rata-rata biaya kenaikan per tahun.
Dengan asumsi di universitas negeri yang sama, misalnya biaya tahun sebelumnya kebutuhan untuk 4 tahun sebesar Rp 90 jutaan, maka bisa didapat persentase kenaikan per tahunnya sekitar 10%.

Nah untuk yang mau menggunakan produk asuransi ataupun tabungan pendidikan, dua hal di atas biasanya tidak terlalu menjadi faktor penting untuk diketahui. Mengapa demikian? Karena semisal anak saat ini berusia 3 tahun dan akan kuliah dalam jangka waktu 15 tahun mendatang dengan tingkat inflasi 10%, di mana kebutuhan dana Rp 100 juta saat ini akan menjadi Rp 418 juta pada saatnya nanti anak akan kuliah, maka dengan kebutuhan dana sebesar itu, biasanya akan sangat dapat mempengaruhi nilai premi (ataupun tabungan) yang akan dibayar rutin per bulannya atau per tahunnya yang relatif besar.

Dengan demikian, pada saatnya nanti jangan kaget jika ternyata asuransi atau tabungan yang digunakan dengan pembayaran cicilan yang sesuai dengan bujet yang seadanya tidak dapat mencukupi untuk menutupi biaya pendidikan anak di masa yang akan datang. Sedih yaa

Anyway, secara kasat mata, persiapan dalam hal dana pendidikan sebenarnya diperlukan oleh semua orang tua. Namun dalam praktiknya yang berhubungan dengan produk keuangan yang banyak beredar di masyarakat dengan embel-embel 'pendidikan', entah itu asuransi atau tabungan, ternyata banyak kelemahan-kelemahan yang ditemukan. Kelemahan tersebut antara lain terdapat pada relatif kecilnya proteksi dan/atau hasil pengelolaan dana dari investasi pada produk keuangan tersebut yang menyebabkan di kemudian hari justru membuat orang tua tidak memiliki cukup dana bagi anaknya bersekolah atau kuliah.

Hal ini sangat disayangkan, mengingat upaya yang sudah dilakukan orang tua dengan telah disiplin menyisihkan dana selama bertahun-tahun, pada akhirnya harus dibayar dengan kekecewaan dikarenakan dana yang dihasilkan jauh dari harapan.

Itulah sebabnya, Perencana Keuangan independen tidak terlalu menyarankan kepada orang tua pada umumnya untuk menggunakan asuransi pendidikan ataupun tabungan untuk mencapai kebutuhan dana pendidikan anak. Mengapa? Karena asuransi sendiri-seperti terdapat pada definisi di Undang-Undang dimaksudkan untuk memberikan proteksi atau perlindungan atas hal-hal (kerugian) yang bersifat tidak tentu, sehingga apabila tujuannya untuk pendidikan (yang jelas-jelas kita sudah tahu kapan dan dapat memproyeksikan kebutuhannya seberapa besar), produk ini akan menjadi tidak relevan.

Sedangkan tabungan, seperti kita ketahui, tujuannya adalah untuk menyimpan dana dengan aman karena dijamin oleh lembaga penjamin. Dengan begitu, kitapun tidak bisa terlalu berharap banyak akan hasil yang dapat diberikan kepada kita.

So, kembali lagi, karena dana pendidikan merupakan sesuatu yang pasti, bisa kita prediksi nominal yang dibutuhkan nantinya serta dapat kita tentukan jangka waktunya, maka yang paling bijak untuk mempersiapkan dana pendidikan anak adalah dengan berinvestasi pada instrumen investasi. Belilah produk keuangan lain, seperti asuransi atau tabungan, sesuai dengan nature produknya.

Kalau asuransi berarti pembeliannya untuk tujuan perlindungan saja (asuransi murni), tabungan dimiliki untuk menyimpan dan untuk tujuan jangka pendek, sedangkan berinvestasi untuk mencapai imbal hasil yang lebih tinggi dan dengan risiko yang dapat dikelola dalam jangka panjang. Dengan mengalokasikan dana secara terpisah sesuai dengan peruntukkannya masing-masing, maka mudah-mudahan pada akhirnya akan mendapatkan manfaat maksimal dari produk-produk keuangan yang dimiliki. (ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads