Sebaiknya Punya Aset Apa Ya?

Sebaiknya Punya Aset Apa Ya?

Muhammad Kharisma - detikFinance
Senin, 07 Nov 2016 06:48 WIB
Foto: Istimewa
Jakarta - 'Duh saya sudah umur segini tapi kok belum punya apa-apa ya.' Pernah mendengar ada teman, saudara, atau mungkin diri kita sendiri mengeluarkan kata-kata seperti itu? 'Apa-apa' di sini biasanya bukan melulu tentang uang, namun hal lain yang berkaitan dengan sesuatu yang bisa dilihat, dipegang, serta dimanfaatkan untuk menunjang kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian, bisa ditebak 'apa-apa' di sini artinya adalah aset.

Ketika mendengar kata aset, tentu biasanya yang terlintas dipikiran antara lain adalah rumah, kendaraan, emas, berlian (perhiasan), atau benda berharga lainnya. Tentu tidak ada yang salah dengan pemikiran tersebut karena memang barang-barang itulah yang seringkali kita lihat dan wara-wiri di sekeliling kita, sehingga tidak mengherankan apabila menjadi top of mind apabila seseorang membicarakan tentang rencana memiliki aset.

Pada dasarnya, aset itu sendiri terbagi atas dua jenis, ada yang disebut sebagai aset lancar dan juga aset kurang lancar ataupun tidak lancar. Suatu aset dikatakan lancar atau tidak lancar terdefinisikan dari faktor likuiditasnya. Semakin mudah untuk mengkonversi (mengubah/menjual) suatu aset menjadi cash atau uang tunai, maka disebut sebagai aset lancar. Kalau diperhatikan, baik aset lancar maupun tidak lancar keduanya memiliki karakteristik yang bersifat produktif maupun konsumtif. So, apabila tidak hati-hati dalam memilih aset, bisa-bisa kita hanya memiliki aset yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif semata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam upaya memiliki aset yang memang dapat menunjang produktivitas, tentu kita harus menargetkan untuk memiliki aset yang dapat menjadi alternatif dalam berinvestasi. Hal ini dapat terwujud apabila kita tahu aset apa yang dapat memberikan nilai tambah untuk diri kita. Aset semacam inilah yang dikategorikan sebagai aset produktif.

Sama halnya seperti berutang, ketika ada yang produktif maka ada juga yang bersifat konsumtif. Konsumtif dalam hal ini berarti nilai dari aset yang ada bukannya bertambah, tetapi akan berkurang seiring berjalannya waktu. Berkurangnya nilai aset ini seringkali disebut depresiasi (penyusutan). Namun selain itu, bagi saya, apapun aset yang tidak produktif dan cenderung tidak berkembang atau mungkin berkembang namun masih kalah dengan inflasi, maka juga tergolong pada jenis aset konsumtif.

Kepemilikan atas suatu aset merupakan salah satu tujuan keuangan umum yang seringkali hendak dicapai dalam kurun waktu tertentu. Mengingat harga dari sebuah aset tidak seterjangkau harga dari produk konsumsi sehari-hari, maka sangatlah wajar apabila aset pada umumnya sering masuk kategori tujuan keuangan jangka menengah sampai dengan panjang.

Perlu persiapan yang matang untuk memiliki sebuah aset, serta apabila nantinya pembelian aset tersebut hendak dilakukan dengan cara dicicil, maka perlu perhitungan yang akurat tentang besarnya cicilan dibandingkan dengan penghasilan yang ada. Hal ini menjadi penting karena jangan sampai aset yang dibeli malah membebani keuangan rutin (cash flow) yang ada, apalagi kalau aset tersebut termasuk aset-aset yang tergolong konsumtif tadi.

Lalu apa saja yang termasuk aset konsumtif? Secara umum, produk/benda yang digunakan untuk keseharian kita masuk dalam kategori konsumtif. Logikanya, ketika sesuatu digunakan rutin untuk menunjang aktivitas sehari-hari, maka risiko depresiasi pun muncul. Seperti dijelaskan sebelumnya, aset jenis ini 'memakan' nilai uang yang sudah diinvestasikan sejak awal karena adanya faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya depresiasi itu sendiri, seperti kerusakan, berubah bentuknya sebuah aset, dan lain sebagainya.

Contoh umum dari aset konsumtif ini di antaranya adalah kendaraan (mobil/motor), tas, jam, dan lain sebagainya yang digunakan untuk keperluan pribadi secara rutin dan akan berkurang nilainya dikarenakan risiko-risiko yang sudah disebutkan tadi. Apabila Anda termasuk orang yang sangat memprioritaskan untuk memiliki aset jenis ini, maka kemungkinan besar Anda termasuk orang yang konsumtif.

Sekarang mari masuk ke aset yang berjenis produktif. Kepemilikan aset produktif karakteristiknya lebih unik dari aset konsumtif, bahkan ada beberapa aset yang juga dapat dikategorikan sebagai aset konsumtif dan juga produktif. Ketika benda-benda yang dikategorikan konsumtif tadi ternyata dapat menghasilkan sesuatu yang lebih, maka benda tersebut dapat tergolong aset produktif.

Sebagai contoh, ketika Anda membeli sebuah mobil dengan cicilan sejumlah tertentu, lalu Anda menggunakan mobil tersebut untuk berbisnis transportasi online yang bahkan dapat memberikan hasil yang melebihi cicilannya, maka mobil tersebut bukan lagi menjadi aset konsumtif, melainkan menjadi aset produktif.

Walaupun kita tidak dapat menghindari adanya penyusutan dari nilai mobil tersebut, namun ketika cicilannya yang merupakan beban dapat ditutupi dengan penghasilan yang didapat, maka kondisi ini bisa dikategorikan produktif.

Selanjutnya, yang sangat popular dikaitkan dengan aset untuk investasi jangka panjang tidak lain dan tidak bukan adalah properti. Membeli sebuah properti, baik itu berbentuk tanah, rumah tinggal, atau pun apartemen sangatlah relevan dengan teori supply dan demand.

Ketika ketersediaan akan lahan sudah tidak cukup menampung banyaknya permintaan, maka harga pun akan meningkat seiring berjalannya waktu. Oleh karenanya, kepemilikan jenis aset ini justru disarankan untuk dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas kredit, sehingga untuk melunasinya dapat dilakukan dengan cara dicicil, bahkan cicilannya pun dapat dilakukan selama mungkin dikarenakan pada akhirnya nilai dari aset ini sendiri akan mengalahkan jumlah cicilannya.

Pada akhirnya, dalam menentukan jenis aset yang cocok untuk masing-masing orang akan sangat bergantung dari kondisi keuangan saat ini serta tujuan ke depannya. Semakin muda merencanakan, maka semakin lama masa persiapan yang dimiliki. Secara otomatis, masa persiapan yang lama akan berbanding lurus dengan semakin kecilnya dana yang harus dipersiapkan dengan berinvestasi terlebih dulu pada aset yang bersifat non-fisik (intangible), yaitu di produk-produk keuangan.

Itu kenapa bagi para pekerja yang masih muda dan produktif, akan sangat baik apabila telah memiliki perencanaan jauh kedepan berhubungan dengan kepemilikan aset, terutama yang bersifat produktif. (wdl/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads