Jika mau jujur, masih banyak yang belum tepat dalam membedakan dua kata yang sudah sangat umum kita dengar, yaitu menabung dan berinvestasi. Tidak sedikit yang masih menyamakan prinsip dasar antara menabung dan berinvestasi. Bagi sebagian orang, kalau memang bertujuan untuk menyisihkan uang yang ada saat ini untuk digunakan di masa mendatang, ya sudah jelas namanya menabung.
Apapun itu istilah yang dipakai, memang pada akhirnya tidak ada yang salah dengan menabung. Menabung tetap merupakan aktivitas mulia dan bijaksana yang dapat dilakukan oleh setiap orang karena berarti seseorang sudah memiliki prinsip dasar yang sangat penting dalam ilmu perencanan keuangan, yaitu tidak hanya memikirkan kehidupan saat ini saja, akan tetapi juga kelangsungan hidup di masa yang akan datang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan menabung di bank, kita dijanjikan penambahan sejumlah uang yang didapat berdasarkan persentase dari dana yang kita tempatkan di bank tersebut.
Kisarannya antara tiga sampai dengan lima persen per tahun pada umumnya. Nah, kalau dengan menabung di celengan kita tidak mendapatkan 'apa-apa' dan dengan menabung di bank kita mendapatkan sesuatu, apakah itu menandakan bahwa memang lebih baik menabung di bank saja? Jawabannya tentu relatif.
Hal mendasar yang perlu ditanamkan dalam pemikiran kita adalah bahwa dengan menabung berarti kita menyimpan sejumlah dana untuk digunakan sewaktu-waktu ketika ada kebutuhan yang sifatnya mendesak dan penting (termasuk kebutuhan rutin). Dengan kata lain, mengingat likuidnya produk perbankan bernama tabungan ini, maka otomatis akan berbanding lurus dengan tingkat pengembalian dana yang juga relatif minim dan tidak bisa diharapkan untuk melampaui atau lebih besar dari inflasi (kenaikan harga-harga barang).
Beralih dari tabungan, untuk memberikan perbandingan, mungkin sekitar satu dekade terakhir, penawaran produk keuangan untuk pengembangan dana yang lebih agresif juga sudah sangat gencar ditawarkan ke masyarakat di mana produk tersebut dibungkus (bundling) dengan produk perlindungan (asuransi).
Dari sini, walaupun di tahun-tahun awal dana kita dapat hilang sepenuhnya, namun dalam kurun waktu di atas 5 tahun, kita dapat menikmati perkembangan dana dengan persentase yang bahkan dapat melampaui pengembangan dana di produk perbankan. Menarik? Sudah dapat meyakinkan para investorkah untuk berinvestasi pada produk ini? Apabila jawabannya dilihat dari jumlah polis yang dimiliki masyarakat dari produk bundling tersebut, mungkin bisa jadi jawabannya iya.
Namun, lagi-lagi kita harus melihat bukan berdasarkan banyaknya pengguna, melainkan dari sisi manfaat yang dapat lebih maksimal diberikan.
So, perkembangan dari industri keuangan pun saat ini telah membuat orang semakin melek dengan investasi yang bersifat murni, di mana bisa berbentuk surat utang (obligasi), saham, maupun produk turunannnya seperti reksa dana. Bisa dibilang, perkembangan minat investor pada produk-produk tersebut baru berkembang pesat 5 tahun terakhir, meskipun saat ini apabila dilihat data pemegang akun di pasar modal masih menunjukkan angka yang memprihatinkan.
Dari beberapa perkembangan produk keuangan yang beredar di masyarakat tersebut, jelaslah sudah bahwa dengan kata lain evolusi pada produk keuangan sangatlah dinamis dan menuntut masyarakat untuk update terhadap perkembangan yang ada. Apabila masih ada yang masih mengandalkan produk tabungan untuk melipatgandakan kekayaan, perlu diingat bahwa menabung hanya cocok didefinisikan sebagai tempat menyimpan dana, sehingga untuk penempatan dalam jangka waktu yang lebih panjang tidak dapat dikatakan tepat.
Lain halnya dengan berinvestasi yang fokus menekankan kepada hasil pengembalian yang harus lebih besar dari tingkat inflasi. Yang diperlukan selanjutnya tinggal melakukan analisa tujuan keuangan yang disesuaikan dengan profil risiko diri ketika hendak mengambil keputusan untuk berinvestasi.
Wajarnya, semakin muda usia seseorang, maka semakin agresif profil risikonya. Ketika kita membicarakan tujuan keuangan yang masih dalam jangka waktu panjang, seperti mempersiapkan dana pensiun atau dana pendidikan anak yang masih dalam rentang waktu di atas 10 tahun lagi, maka akan sangat bijaksana apabila kita sudah lebih terbuka literasi keuangannya dengan memilih menggunakan produk-produk investasi murni, khususnya yang dikeluarkan oleh institusi keuangan yang telah diregulasi, sehingga usaha kita untuk menyisihkan uang secara rutin pun tidak sia-sia apalagi sampai tergerus oleh musuh bersama yang selalu memakan nilai aset kita yang bernama inflasi.
Apabila sudah dapat menyadari hal tersebut, maka tugas yang paling sulit sebenarnya bukan lagi berusaha untuk menyisihkan dana tiap bulan, melainkan menempatkan dana pada produk-produk yang memang sesuai dengan kebutuhan diri sendiri dan keluarga, mulai dari yang sifatnya sangat konservatif, sampai dengan yang bersifat sangat agresif karena memang tujuannya untuk jangka panjang.
Bagi yang telah terlanjur untuk menempatkan dana pada instrumen yang masih sangat konservatif padahal sebenarnya masih sangat panjang tujuan-tujuan yang dapat dicapai, tentu masih ada peluang untuk mengevaluasi kembali total kekayaan yang dimiliki saat ini dengan terlebih dulu melakukan pendataan atas aset yang ada, mulai dari yang tergolong sangat likuid, sampai dengan yang non-likuid.
Ingat, uang yang berhasil Anda sisihkan adalah hasil kerja keras dan perjuangan yang amat besar dari 'mengorbankan' kebutuhan akan konsumsi serta kesenangan saat ini. Tentu Anda tidak mau dana yang sudah susah payah disisihkan lalu dibiarkan menguap begitu saja padahal Anda punya alternatif penempatan dana yang lebih memiliki potensi untuk menghasilkan apabila ditempatkan dalam kurun waktu tertentu dan dengan cara-cara tertentu.
Jangan segan untuk berdiskusi dan berkonsultasi dengan orang-orang yang secara independen dapat menganalisa kondisi keuangan Anda hingga merekomendasikan produk yang memang sesuai dengan kebutuhan. (wdl/wdl)











































