Berbohong Keuangan Pada Diri Sendiri (3-Tamat)

Berbohong Keuangan Pada Diri Sendiri (3-Tamat)

Aidil Akbar - detikFinance
Selasa, 14 Feb 2017 06:50 WIB
Foto: Istimewa
Jakarta - Bohong lagi bohong lagi. Kalau bohong ke orang lain dosa lho… kalau bohong ke diri sendiri bagaimana? Apalagi berbohong tentang keuangan kita, apakah bisa fatal? Well, di tulisan sebelumnya sudah dibahas 6 jenis kebohongan keuangan yang sering kita lakukan, di tulisan seri terakhir ini akan kita bahas sisanya. Apa saja itu?

Kebohongan 7: Kalau Didiamkan Tukang Tagih (Debt Collector) Akan Capek Sendiri
Kenapa Orang Percaya Ini?: Mungkin banyak orang yang percaya kalau bisa 'ngumpet' dari tukang tagih alias debt collector. Atau mungkin mereka percaya bahwa hidup dengan cara menghindari membayar utang adalah cara hidup yang nyaman.

Bagaimana Cara Mengatasinya? Ingat, tukang tagih tidak akan pergi begitu saja dengan mudah. Bila anda merasa tidak bersalah (kalau ada tagihan yang salah), maka hadapi saja mereka. Peraturan juga melindungi consumer dan anda tidak bisa diapa-apakan secara fisik. Apabila anda memang berutang dan mengalami kesulitan membayar, cobalah mendatangi institusi keuangan tempat anda berutang dan ceritakan permasalahannya. Mereka akan sama-sama membantu mencarikan jalan keluar terhadap permasalahan anda. Bila anda memutuskan untuk 'lari' dari tanggung jawab utang, maka nama anda akan dicatat sebagai kreditur macet di Bank Indonesia (Sistem Informasi Debitur atau SID).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebohongan 8: Saya Bisa Bergantung Pada BPJS Tenaga Kerja (Jamsostek) dan BPJS Kesehatan Ketika Saya Tua Nanti
Kenapa Orang Percaya Ini? Banyak orang yang lalai untuk menyimpan, menabung dan menginvestasikan uang mereka selagi mereka masih muda, dan lebih banyak menghambur-hamburkannya. Ketika orang-orang beranjak berumur (baca: tua) mereka mulai panik dan menyadari bahwa selama ini mereka tidak menyimpan cukup dana untuk mereka nikmati di hari tua. Padahal rata-rata return investasi dari jaminan hari tua tersebut hanya di kisaran 8%-10% paling tinggi 12%, sementara inflasi jauh lebih tinggi dari itu. Akibatnya tidak cukup terkumpul dana untuk kita pakai membiayai masa pensiun kita.

Bagaimana Cara Mengatasinya? Daripada mengandalkan diri kepada system jaminan sosial yang tidak bertanggung jawab terhadap diri kita, akan lebih baik juga kita bertanggung jawab kepada diri kita sendiri. Mulailah berinvetasi untuk jangka panjang seperti reksa dana, saham, dan properti. Atau masuklah ke Dana Pensiun Lembaga Keuangan dan berinvestasi secara agresif dalam jangka panjang untuk mengejar kekurangan keuangan anda.

Kebohongan 9: Saya Tidak Bisa Keluar Dari Utang
Kenapa Orang Percaya Ini? Masyarakat kita saat ini adalah masyarakat konsumtif yang lebih senang menghamburkan uang, sehingga sulit sekali melawan 'nafsu' belanja mereka. Banyak orang yang menggunakan belanja sebagai cara untuk 'lari' dari beban kehidupan dan tagihan bulanan mereka. Padahal dengan belanja mereka melakukan dengan cara berutang dan mereka menambah beban cicilan setiap bulannya, sehingga utang mereka semakin dalam lagi.

Bagaimana Cara Mengatasinya? Daripada meyakinkan diri kita bahwa kita tidak bisa keluar dari kubangan utang, lebih baik percaya bahwa anda bisa bebas dari hutang hanya membutuhkan waktu saja. Anda bisa keluar dari jerat utang. Dan ketika anda sudah bebas hutang, anda akan merasakan kebebasan finansial tersebut.

Bagaimana caranya? Bila anda punya beberapa utang, maka fokus saja kepada 1 utang yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Artinya utang yang lain cukup anda bayarkan pembayaran minimum, sementara sisa bujet anda dipakai untuk membayar lebih banyak utang di 1 tempat, sampai utang tersebut lunas. Lakukan satu persatu dengan disiplin dan sabar.

Kebohongan 10: Saya Pantas Mendapatkan (Hadiah / Barang) Ini, Meskipun Saya Belum Mampu Membelinya
Kenapa Orang Percaya Ini? Sangat mudah mengatakan kepada diri sendiri 'saya pantas beli ini untuk diri saya' to menjustifikasi belanjaan anda, padahal belanja anda hanya Karena keinginan bukan Karena kebutuhan. Seringkali anda berpikir bahwa anda selama ini sudah bekerja keras mencari uang/nafkah sehingga sekali-sekali anda ingin menikmatinya. Atau sering kita dengar ungkapan 'hidup Cuma sekali' jadi nikmatilah sekarang.

Bagaimana Cara Mengatasinya? Mari kita ubah cara berpikir dan berkatanya. 'Yang pantas saya dapatkan adalah Kenyamanan dan Kebebasan Secara Finansial'. Sebelum berbelanja tanyakan ke diri anda apakah saya membutuhkan barang ini atau hanya menginginkannya saja? Jawaban yang jujur akan membantu anda membuat keputusan sebelum berbelanja. Coba pikirkan bagaimana kerja keras anda untuk mendapatkan uang yang akan anda pakai untuk membeli barang tersebut? Atau bagaimana anda tidak bisa membayar tagihan dan kebutuhan bulanan lainnya bila anda memutuskan membeli barang tersebut?

Bila anda merasa bahwa barang tersebut memang penting untuk dimiliki dan akan membantu anda, maka cara yang benar adalah menabung terlebih dahulu sebelum membelinya, bukan nekat beli dengan menggunakan utang.

Ketika kita bicara keuangan, sering kali banyak orang, termasuk anda, 'memaafkan' diri sendiri Karena menggunakan uang tersebut sekarang untuk membeli barang-barang yang mungkin saja tidak anda butuhkan. Makanya menjadi sangat penting untuk belajar mengatur keuangan dan berinvestasi dengan baik dan benar. Invest pada ilmu dengan mengikuti kelas dan workshop dan anda akan mendapatkan 'return' dari investasi ilmu anda berlipat-lipat ganda.

Untuk workshop komplit Basic Financial Planning dengan gelar RPP yang kami rekomendasikan anda bisa ikut kelas dengan info di sini Sementara untuk workshop singkat yang hanya satu hari bisa belajar keuangan di sini, atau belajar jadi Kaya dengan investasi di reksa dana, info bisa dibuka di sini.

Keuangan berantakan? Jangan takut, selama anda masih ada keinginan memperbaikinya semua masih bisa diperbaiki. Yang penting jangan menyerah dan lakukan dengan disiplin dan sabar. (wdl/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads