Perencana Keuangan Finansia Consulting, Eko Endarto menggambarkan, masyarakat Indonesia terbiasa dengan euforia dalam menyambut buka puasa. Sehingga berbelanja berbagai jenis panganan untuk berbuka pun rasanya sudah biasa. Hal ini juga terbukti dengan banyaknya pusat-pusat jajanan takjil saat sore hari yang dipenuhi para pembeli.
Padahal menurutnya, Ramadan harusnya dijadikan sebagai momen untuk beribadah, termasuk dalam mengendalikan diri dari hawa nafsu. Salah satunya hawa nafsu untuk mengonsumsi berbagai jenis makanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, Eko menilai, masyarakat tidak perlu mengubah gaya hidupnya saat menjalani Ramadan. Lebih dari itu Eko mengaku, masyarakat justru bisa mendapatkan penghematan pengeluaran dari kegiatan konsumsi yang berkurang di siang hari lantaran ibadah puasa yang dilakukan.
"Sebenarnya Ramadan itu kebutuhan jadi lebih murah. Hemat harusnya, karena kesempatan kita mengkonsumsi lebih sedikit. Harusnya gaya hidupnya tidak boleh berubah," ujarnya.
Selanjutnya, penghematan yang dihasilkan menurut Eko bisa dialihkan untuk kegiatan lain yang lebih bermanfaat seperti beramal. Selain dapat membantu orang lain, hal tersebut tentu bisa menambah pahala di Bulan Ramadan selain ibadah puasa yang dijalankan.
"Ketika siang kita mengurangi konsumsi kita. Harusnya di situ kita bisa kumpulkan dana kita untuk zakat, berbagi dengan orang enggak mampu. Baru kemudian kita bicara Lebaran," jelasnya. (dna/dna)











































