Pertama-tama kita lihat dulu definisi dari OJK berikut:
"Literasi keuangan merupakan pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak dini, anak perlu dikenalkan dengan apa itu pekerjaan, apa itu bekerja, dan bagaimana menghasilkan uang dengan bekerja.
Pada "National Standards for Financial Literacy" yang dikeluarkan oleh Council for Economic Education di USA, literasi keuangan dibagi menjadi tiga tahap pencapaian yaitu untuk murid kelas 4, 8, dan 12.
Contohnya: murid kelas 4 diharapkan dapat mengenal berbagai macam pekerjaan dan keahlian apa saja yang dibutuhkan untuk profesi tersebut, dan macam-macam cara mendapatkan penghasilan seperti menyewakan sesuatu atau mendapatkan hadiah.
Murid kelas 8 diharapkan mengenali definisi karir, pentingnya edukasi, bentuk penghasilan dari hasil investasi, dan dukungan pemerintah untuk kelompok yang tidak memiliki penghasilan cukup.
Murid kelas 12, diajarkan untuk mengenal faktor-faktor selain penghasilan yang mempengaruhi seseorang memilih pekerjaan juga mengenal komposisi dari penghasilan lebih rinci seperti tunjangan dan fasilitas kesehatan.
Memiliki pengetahuan saja tidak cukup. Sesuai definisi OJK, seseorang harus dapat menggunakan pengetahuan tersebut untuk mengambil keputusan.
Oleh karena itulah, seseorang yang tidak memiliki literasi keuangan yang cukup mengenai 'bekerja dan mendapatkan penghasilan' dapat mengalami hal seperti kenalan saya yang tidak memiliki jawaban atas pekerjaan dan karir seperti apa yang diinginkan dan berakhir dengan ketidakpuasan serta ketidakmandirian dalam menentukan jalan menuju kesejahteraan yang seharusnya dapat dicapai. Inilah manfaat dari literasi keuangan yang belum disadari banyak orang.
Memang, jangankan literasi keuangan, buta aksara pun masih ada di Indonesia. Inilah pekerjaan rumah besar untuk negara kita, berpacu dengan waktu dalam menyebarluaskan literasi keuangan melebihi kecepatan pertumbuhan dan pengenalan produk keuangan.
Ngomong-ngomong, pengenalan produk keuangan hanya salah satu bagian saja dari literasi keuangan lho.
Sayangnya, literasi keuangan di Indonesia masih sangat minim. Tidak seperti materi matematika atau materi tumbuh kembang anak, mencari literatur keuangan yang dapat dijadikan panduan seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Hal ini tidak lepas dari minimnya edukasi keuangan yang dilakukan Pemerintah secara umum.
Baca juga: Mengenal Literasi Keuangan (1) |
Minimnya literasi keuangan mendorong saya untuk merekomendasikan teman-teman untuk belajar cara mengelola keuangan dan investasi yang benar dengan cara mengikuti kelas atau workshop keuangan yang dilaksanakan oleh tim IARFC Indonesia atau tim AAM & Associates.
Di Jakarta dibuka workshop sehari tentang bagaimana cara Mengelola Gaji dan Mengatur Uang bulanan dan Belajar dan Teknik Menjadi Kaya Raya dan juga workshop sehari tentang Reksadana. Ada juga workshop khusus tentang Asuransi membahas Keuntungan dan Kerugian dari Unitlink yang sudah anda beli.
Karena banyak permintaan, dibuka lagi workshop Komunikasi yang memukau lawan bicara anda (menghipnotis), cocok untuk anda orang sales & marketing, untuk komunikasi ke pasangan, anak, boss, anak buah, ke siapapun, info.
Untuk ilmu yang lebih lengkap lagi, anda bisa belajar tentang perencanaan keuangan komplit, bahkan bisa jadi konsultannya dengan sertifikat Internasional bisa ikutan workshop Basic Financial Planning dan workshop Intermediate dan Advance Financial Planning di Pertengahan Info lainnya bisa dilihat di www.IARFCIndonesia.com (jangan lupa tanyakan DISKON paket)
Anda bisa diskusi tanya jawab dengan cara bergabung di akun telegram group kami "Seputar Keuangan" atau klik di sini.
Maka dari itu, mengadaptasi dari berbagai sumber, saya mencoba membuat versi saya sendiri untuk literasi keuangan.
Disclaimer: artikel ini merupakan kiriman dari mitra yang bekerja sama dengan detikcom. Redaksi detikcom tidak bertanggung jawab atas isi artikel yang dikirim oleh mitra. Tanggung jawab sepenuhnya ada di penulis artikel. (ang/ang)