Lebih Bahaya Toxic Relationship atau Toxic Financialship? (2)

Lebih Bahaya Toxic Relationship atau Toxic Financialship? (2)

Aidil Akbar Madjid - Aidil Akbar Madjid & Partner - detikFinance
Senin, 22 Jun 2020 08:03 WIB
Ilustrasi THR
Foto: Muhammad Ridho
Jakarta -

Di tulisan bagian pertama sudah dibahas bahwa anak muda milenial jaman sekarang sedang ramai dengan istilah Toxic Relationship di mana mereka menjalin hubungan yang tidak sehat bagi hubungan dan diri mereka sendiri.

Hal ini erat hubunganya juga dengan psikologis anak-anak muda. Banyak dari mereka yang kesulitan untuk keluar dari Toxic Relationship ini, dan tidak sedikit dari mereka yang kemudian mengalami trauma untuk mempunyai hubungan special dengan orang lain.

Masih dalam hubungan dengan Toxic Relationship hal ini bisa diperburuk ketika pasangan tersebut sudah menyentuh masalah keuangan yang buruk juga. Hal ini yang kemudian saya beri istilah baru yaitu Toxic Financialship.

Kebanyakan toxic relationship ini mengena ke pihak wanita, meskipun tidak jarang ada juga pria yang terkena. Nah, seperti apa sih tanda-tanda dari sebuah toxic financialship ini?

Ada baiknya untuk kita ketahui sehingga bila diri kita atau ada teman di sekitar kita yang menunjukan tanda-tanda seperti ini sebaiknya kita kasih tau atau beri peringatan kepada mereka.

Oh iya, satu lagi sebelum mulai, Toxic Financialship ini terjadi ketika hubungan masih pacaran atau belum menikah. Kondisi ini dikalangan anak muda kerap disebut dengan istilah Bucin alias Budak Cina, di mana seseorang akan melakukan dan memberikan apapun untuk pasangannya sehingga melakukan hal-hal diluar kewajaran.

Ketika kondisi ini terjadi setelah menikah maka itu masuk kedalam kondisi yang dinamakan KDRT Finansial.

Pasangannya boros dan selalu menggunakan uang pasangan satunya lagi
Ketika seseorang menjadi boros maka yang dikorbankan adalha dirinya sendiri dan masa depannya sendiri. Akan tetapi ketika seseorang boros dan kemudian menggunakan uang pasangannya, maka orang ini juga mengorbankan orang lain dan masa depan orang lain, terutama pasangannya.

Dalam hal ini, pasangan yang uangnya selalu dipakai berada dalam posisi tidak berdaya dan tidak bisa menolak dikarenakan kepiawaian pasangan bermasalahnya dalam meminta tolong. Atas nama cinta mereka selalu mengiyakan permintaan dari pasangannya dalam hal ini memperbolehkan menggunakan uang meskipun dia belum tentu punya cukup uang.

Dimanfaatkan dalam banyak kesempatan
Meminta tolong adalah hal yang wajar, dan menolong juga adalah perbuatan yang sangat baik. Akan tetapi ketika selalu meminta tolong dan memanfaatkan bukanlah hal yang bagus untuk dilakukan, apalagi bila memanfaatkannya melibatkan sejumlah uang.

Sebagai contoh, minta dibelikan makanan setiap hari, minta transfer untuk pulsa atau quota, minta tolong dibelikan buku, dan banyak lagi permintaan tolong lainnya yang kesemuanya memerlukan sejumlah uang, sering dilakukan bahkan setiap hari atau beberapa kali per hari.


Sering berutang ke pasangannya atau ke pihak lain dan yang bayarin pasangannya
Ini salah satu sifat jelek yang dilakukan pada pasangan yang terkena Toxic Financialship. Mereka sering meminjam sejumlah uang baik untuk urusan yang penting ataupun urusan yang sangat sepele seperti ongkos, beli rokok, atau bahkan main bersama teman-temannya.

Atau mungkin saja mereka tidak meminjam uang langsung kepada pasangannya tapi ke orang lain dan mengatas namakan pasangannya sehingga ketika ditagih pasangannya pun ikut kena tagih dan karena dasarnya cinta tersebut maka utang tersebut dilunasi. Dan hal ini tidak hanya berlangsung sekali tapi bisa berkali-kali bahkan sudah sering dan menjadi kebiasaan.

Membayarkan semua keperluan dan keperluan pasangannya
Betul sekali, mereka yang terkena Toxic Financialship ini rela membayar seluruh kebutuhan pasangannya dari mulai kebutuhan hidup (makan, minum, transport, pulsa, dll), kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan kuliah (bila masih mahasiswa), dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Sudah menjadi rahasia umum apabila ada pihak pria membiayai pasangan wanitanya, akan tetapi tidak menjadi kewajaran bila berlaku kebalikannya yaitu pihak wanita yang membiayai pasangannya. Apalagi mereka kemungkinan besar seumuran dan sama-sama belum punya penghasilan sendiri.

Kalau dipikir-pikir daripada uang tersebut habis untuk membiayai orang lain, akan lebih bagus apabila uang tersebut ditabung dan investasi, atau minimal dipakai untuk membiayai diri sendiri. Banyak pendidikan dan sekolah keterampilan atau sertifikasi yang bisa diambil seperti misalnya belajar mengelola keuangan.


Di masa pandemi yang belum berakhir seperti saat ini pendidikan bisa dilakukan via online, salah satu yang bagus adalah pendidikan perencana keuangan di sini. Atau bila ingin mencoba dulu sendiri bisa menggunakan aplikasi perencana keuangan gratis bisa diunduh di sini.

Sementara untuk mengetahui kebutuhan asuransi anda bisa mencoba cek di sini secara gratis.

Apakah membiayai hidup sudah merupakan bentuk Toxic Financialship terberat? Ternyata belum. Masih ada Toxic Financialship yang lebih mencengangkan lagi dan itu akan kita bahas di artikel berikutnya.

Siap-siap tunggu artikelnya!

Disclaimer: artikel ini merupakan kiriman dari mitra yang bekerja sama dengan detikcom. Redaksi detikcom tidak bertanggung jawab atas isi artikel yang dikirim oleh mitra. Tanggung jawab sepenuhnya ada di penulis artikel.



Simak Video "Video: Pertimbangkan Ini Sebelum Investasi, Termasuk Pajak! "
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads