Dalam perayaan Idul Fitri 2023/1444 H ini, banyak di antara kita yang memanfaatkan momen tersebut untuk mudik ke kampung halaman. Hal ini sengaja dilakukan agar dapat bersilaturahmi dengan keluarga ataupun kerabat lama di kampung halaman.
Meski begitu, seringkali saat bersilaturahmi dengan keluarga besar atau kerabat, kita malah dihadapkan dengan kondisi-kondisi yang tidak terduga semisal 'ditodong' traktiran dan lain sebagainya.
Penasihat keuangan Aidil Akbar mengungkapkan bahwa kondisi-kondisi seperti ini sering kali malah menjadi tekanan sosial tersendiri saat mudik lebaran. Tidak jarang kondisi seperti ini malah membuat kita jadi lebih boros saat berada di kampung halaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Teman-teman masa kecil di kampung halaman, 'wah udah sukses ya di kota. Mobilnya keren nih, ayo dong makan-makan dong'. Nah pressure semacam itu kan pasti ada dan terjadi di masa-masa lebaran," kata Aidil sebelumnya, ditulis Minggu (23/4/2023).
Menurutnya, kondisi seperti ini juga perlu dipertimbangkan. Sebab sedikit-banyak tekanan sosial seperti itu bisa menimbulkan rasa ketidaknyamanan yang berimbas pada pengeluaran di luar perencanaan.
Aidil Menekankan, kondisi seperti ini tidak perlu dihindari. Baginya, yang terpenting adalah cara untuk mengkondisikan agar silaturahmi dapat tetap terjaga dengan budget keuangan yang ada.
Misalkan saja, alih-alih mentraktir keluarga besar atau kerabat di kampung halaman makan besar, bila dana yang ada memang belum tentu mencukupi lebih baik mentraktir dengan hal-hal lain yang lebih terjangkau.
"Bisa-bisa sepintar-pintarnya kita ngatur, kalau memang tadi kalau misalnya nggak mungkin traktir makan besar ya kita traktir kopinya atau yang mungkin ngumpulnya," jelasnya.
Bila tidak, menurut Aidil alih-alih mentraktir makan kita juga bisa mengadakan acara-acara tertentu yang lebih berfokus pada mengenang masa lalu yang sekiranya lebih minim budget.
"Mungkin kita bikin acara kayak 'eh dulu waktu kita masih kecil kita suka banget loh duduk di sawah-sawah' ya udah kenangannya kenangan nostalgia di sawah atau di pinggir kali. Nggak harus makan di restoran kan? yang penting kan bring back the memory itu," tutur Aidil.
(eds/eds)