Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun 2023 mencapai 5,17%. Namun gejolak ekonomi global masih menjadi ancaman di masa mendatang.
Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Krizia Maulana menyebutkan masih adanya risiko kenaikan suku bunga yang bisa terus berlanjut. Karena itu, investor disarankan bisa mengatur ulang portofolionya agar memastikan komposisi portofolio sesuai dengan rencana investasi di awal.
Krizia menyebutkan, diversifikasi portofolio penting dilakukan untuk meningkatkan hasil secara keseluruhan lewat kinerja yang lebih stabil dari waktu ke waktu.
"Kombinasi dari berbagai jenis aset dari tingkat korelasi yang rendah akan memberikan kinerja portofolio lebih optimal dengan tingkat resiko yang rendah," kata dia dalam siaran pers, Rabu (6/9/2023).
Kemudian, dia menambahkan agar isi portofolio harus sesuai dengan toleransi risiko. Misalnya, pemilihan aset berdasarkan kinerja yang diharapkan, jangka waktu investasi, dan kebutuhan likuiditas. Dengan begitu isi portofolio setiap orang bisa berbeda-beda, mulai dari saham, obligasi, reksadana, deposito, kas, properti, hingga benda seni, dan lain-lainnya.
Menurutnya setiap aset investasi memiliki kinerja yang berbeda pada situasi ekonomi. Bisa saja salah satu aset sedang berkinerja buruk, aset yang lain kinerjanya sedang baik sehingga risiko yang ditimbulkan pun terbatas.
"Kita tidak pernah tahu kondisi pasar ke depannya. Baik itu kondisi pasar finansial, pasar modal, atau bahkan tujuan masing-masing investor juga bisa berubah," ujar dia.
Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan evaluasi portofolio investasi secara rutin, seperti bisa berdasarkan waktu yang sudah ditentukan atau berdasarkan ambang batas saat bobot portofolio sudah menyimpang dari target yang sudah ditentukan di awal.
Namun, jika terjadi kondisi di pasar sudah tidak bisa dikendalikan dan berdampak pada investasi, bisa dilakukan evaluasi di luar jadwal atau lebih cepat dari jadwal. Hal ini penting dilakukan agar tujuan keuangan bisa tercapai sesuai jadwal.
Dia menambahkan ketika melakukan evaluasi portofolio, lihatlah kinerja masing-masing aset. Pastikan sudah sesuai dengan target atau rencana. Kemudian melalui pergerakan pasar, lihatlah komposisi portofolio masih sesuai dengan toleransi atau sudah berubah.
Sebagai informasi, profil risiko dibagi menjadi tiga, yaitu konservatif, moderat, dan agresif. Investor dengan profil risiko konservatif/moderat disarankan untuk melakukan penempatan investasi dengan bobot yang lebih dominan pada reksadana pasar uang atau reksadana pendapatan tetap, dan sedikit alokasi di reksadana saham yang berfungsi sebagai booster.
Sedangkan bagi investor dengan profil risiko agresif disarankan untuk melakukan penempatan yang lebih dominan di reksa dana saham dan sedikit alokasi di reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang sebagai penyeimbang.
Dalam reksa dana saham sendiri, manajer investasi membagi pengelolaannya dalam dua strategi, yaitu strategi core dan strategi high conviction. Pada reksa dana dengan strategi core pemilihan aset dasar dilakukan dengan melakukan analisa makro ekonomi terlebih dahulu, menentukan pilihan sektoral, lalu baru diikuti dengan pilihan saham dengan potensi kinerja terbaik. Pemilihannya tidak berdeviasi jauh dari indeks acuan.
"Sedangkan pada strategi high conviction konstruksi portofolionya langsung terfokus pada pemilihan saham dengan potensi kinerja terbaik sehingga deviasi terhadap indeks acuan cenderung lebih besar," ujar dia.
Masing-masing strategi memiliki karakteristik yang berbeda. Strategi high conviction dengan deviasi terhadap indeks acuan yang lebih lebar cenderung menunjukkan volatilitas lebih tinggi dibandingkan strategi core high risk high return. Strategi high conviction lebih cocok bagi investor dengan profil risiko agresif dan telah memiliki pengetahuan cukup terkait investasi di pasar saham
Simak juga Video: WJIS 2023 : Jawa Barat Siap Dorong Investasi Berkelanjutan
(kil/kil)