Kerugian yang terjadi di AS saat itu sangat parah, Dow Jones jatuh 5.000 poin, kapitalisasi pasar saham Wall Street anjlok lebih dari US$ 7 triliun. Membuat sistem keuangan AS rapuh hingga menjalar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Setelah lima tahun berselang, ekonomi AS yang jadi biang keladi krisis ekonomi kini sudah mulai membaik dan empat menembus rekor tertinggi sepanjang masa di pertengahan tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Jangan simpan investasi di satu sektor
|
Anjloknya saham-saham blue chip ini menggerus harta para investor. Saham-saham finansial yang selama ini jadi primadona, dengan pertumbuhan 39% per tahun, langsung jatuh sangat dalam.
Kerugian ini bisa dihindari jika Anda berinvestasi di berbagai sektor, sehingga saat satu sektor jatuh cukup dalam, mungkin sektor lain hanya berkurang tipis saja atau bahkan naik.
16 Oktober 2008: Hanya dalam sebulan, investor menarik dana hingga US$ 71 miliar (Rp 710 triliun). Hanya orang terkaya ketiga di dunia, Warren Buffett, yang menyatakan saatnya beli saham. Intinya, Anda harus berani untuk tidak ikut-ikutan tapi ambil kesempatan saat pasar sedang turun. Pasar turun berarti banyak saham yang diskon.
11 Desember 2008: Bernard Madoff dibekuk karena dugaan melakukan penipuan investasi melalui skema Ponzi. Pelajaran yang bisa dipetik, investasi yang menawarkan keuntungan sangat besar dan mudah itu mustahil dan bisa jadi penipuan belaka.
2. Beli dan tahan untuk jangka panjang
|
31 Maret 2013: price/earnings ratio untuk saham, berdasarkan keuntungan jangka waktu 10 tahun, turun ke titik terendahnya sepanjang masa di 13,3. Intinya, saat Anda beli saham jangan pikirkan keuntungan jangka pendek tapi di masa yang akan datang. Contoh, sejak Maret 2009 Indeks S&P 500 sudah tumbuh 22% per tahun.
4. Diversifikasi investasi lebih luas lagi
|
Itu di luar negeri. Contoh nyata di dalam negeri adalah inevstasi emas yang dulu benar-benar jadi safe haven-nya investasi karena harganya yang tidak pernah fluktuatif dan selalu naik.
Tapi lihat sekarang, harga emas sudah layaknya harga saham. Sehari naik, dua hari turun, lalu naik lagi dan turun lagi. Pergerakan harga emas ini sudah sulit diprediksi.
Itulah mengapa diversifikasi yang luas sangatlah penting. Sebagian uang taruh di saham, sebagian di obligasi, sebagian di reksa dana, sebagian di dolar AS, sebagian di emas, dan sebagian lagi di tanah.
3. Mengejar keuntungan cepat biasanya gagal
|
5. Saham bisa pulih, trauma pelaku pasar terus melekat
|
Kerugian yang terjadi saat krisis lalu akhirnya membuahkan hasil, bagi mereka yang sudah berani menempatkan dananya saat krisis terjadi. Ini menunjukkan, meski lambat, tapi pemulihan saham-saham akan tetap terjadi.
Meski saham bisa pulih, tapi trauma pelaku pasar dan otoritas tidak hilang begitu saja. Bisa terlihat dari sikap investor yang semakin hati-hati, pemerintah juga mengeluarkan undang-undang yang bisa diterapkan jika suatu saat ada indikasi krisis ekonomi akan kembali.
Halaman 2 dari 6