Tambal Defisit APBN, Pemerintah Kejar Target Rp 160 T dari SBN

Tambal Defisit APBN, Pemerintah Kejar Target Rp 160 T dari SBN

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 15 Feb 2024 21:58 WIB
Petugas Cash Center BNI menyusun tumpukan uang rupiah untuk didistribusikan ke berbagai bank di seluruh Indonesia dalam memenuhi kebutuhan uang tunai jelang Natal dan Tahun Baru. Kepala Kantor perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua mengungkapkan jumlah transaksi penarikan uang tunai sudah mulai meningkat dibanding bulan sebelumnya yang bisa mencapai penarikan sekitar Rp1 triliun. Sedangkan untuk Natal dan tahun baru ini secara khusus mereka menyiapkan Rp3 triliun walaupun sempat diprediksi kebutuhannya menyentuh sekitar Rp3,5 triliun. (FOTO: Rachman Haryanto/detikcom)
Ilustrasi.Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menargetkan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel antara Rp 140 triliun hingga Rp 160 triliun pada tahun ini. Target ini lebih tinggi dibanding realisasi tahun sebelumnya.

Direktur Surat Utang Negara, Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR), Kemenkeu, Deni Ridwan menerangkan, pada tahun 2023 pemerintah menjual SBN Ritel dengan nilai Rp 147 triliun. Nilai tersebut lebih tinggi dibanding tahun 2022.

"Ini kita dengan melihat hasil penjualan di tahun 2023 di mana dalam setahun kita berhasil menerbitkan SBN Ritel baik yang konvensional maupun syariah total-totalnya Rp 147 triliun, itu meningkat dibandingkan tahun 2022 sekitar Rp 107 triliun, sekitar 38-39% peningkatannya 2023 dibandingkan 2022. Makanya di 2024 ini kita targetkan bisa naik Rp 140-160 triliun," katanya di Jakarta, Kamis (15/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan, pada tahun ini secara total akan melakukan 7 kali penerbitan.

"Tahun ini kita rencana akan menerbitkan 3 kali SUN ritel yaitu 2 seri ORI, dan 1 SBR saving bond ritel. Kemudian 4 yang syariah jadi 2 sukuk ritel dan 2 sukuk tabungan. Total 7 penerbitan untuk tahun 2024," katanya.

ADVERTISEMENT

Terangnya, penerbitan SBN ritel ini untuk pembiayaan defisit. Menurutnya, penerbitan SBN tersebut tidak untuk proyek tertentu secara spesifik.

"Untuk penerbitan SBN ritel itu akan masuk ke pembiayaan untuk defisit, jadi tidak spesifik project tertentu, akan masuk pembiayaan untuk defisit APBN," ungkapnya.

(acd/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads