Demikian disampaikan Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Setyo Maharso di sela-sela seminar 'Mendorong Peran Daerah Dalam Pembangunan Perumahan Rakyat' di kantor Kementerian Perumahan Rakyat, Jakarta, Rabu (23/3/2011).
"Bisa lebih murah dari itu (Rp 23 juta). Namun kajian baru akan REI sampaikan ke Menpera April ini," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari lembaga riset, untuk rumah cepat jadi dinding GRC dan atap semacam asbes. Tidak bisa bangun pakai bata, atau batako. Untuk backlog di Indonesia sudah terlalu besar, dan penyelesaian bisa salah satunya dengan ini (penyediaan rumah murah)," tuturnya.
REI memang menyediakan kajian dalam pengembangan rumah murah yang dicanangkan oleh pemerintah. Hitungan sudah rampung dikerjakan, namun karena detail desain masih dalam perbaikan, ia enggan menyebutkaan angka pastinya.
"Kita tunggu saja, karena masih ada perbaikan di desain," kata Setyo.
Para pengembang secara prinsip mendukung pengembangan rumah murah, asalkan memungkinkan dilakukan oleh pengembang. "Kalau diminta kita akan masuk. Namun kami belum diminta," imbuhnya.
Seperti diketahui pemerintah tengah menggodok pengembangkan rumah murah seharga Rp 20-25 juta per unit. Tahun ini setidaknya ditargetkan bisa terealisasi 100.000 unit rumah murah.
Melalui fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) masyarakat menengah ke bawah bisa menikmati rumah ini tanpa uang muka dengan cicilan yang dijanjikan pemerintah berkisar Rp 200-250.000 per bulan
(wep/qom)