Kena Banjir, Kawasan Menengah Bawah Rawan Koreksi Harga Properti

Kena Banjir, Kawasan Menengah Bawah Rawan Koreksi Harga Properti

- detikFinance
Jumat, 18 Jan 2013 17:52 WIB
Jakarta - Indonesia Property Watch (IPW) memproyeksi dampak banjir Jakarta dan sekitarnya berimbas pada harga properti. Harga properti yang mudah terkoreksi adalah properti segmen menengah ke bawah di pinggir Jakarta yang terkena banjir.

"Kalau Depok nggak terkalu hanya genangan saja, kalau Bekasi, relatif jatuh karena banyak perumahan menengah bawah, kalau menengah bawah kena dampaknya. Sementara kawasan elit di Jakarta tak terpengaruh banjir," katanya Direktur Eksekutif IPW Ali Tranghanda kepada detikFinance, Jumat (18/1/2013)

Ali menuturkan kawasan di pinggir Jakarta yang cukup terkena dampak banjir adalah Bekasi terutama di Bekasi Timur.Kawasan Bekasi selama ini dikenal sebagai wilayah properti kelas menengah bawah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk segmen menengah bawah, masalah banjir dan harga sangat sensitif," katanya.

Sementara itu, kawasan Depok yang juga memiliki karakter dominan perumahan kelas menengah bawah relatif masih terjaga dari koreksi harga. Banjir di kawasan Depok relatif minim, karena lebih banyak terjadi genangan di kawasan lingkungan.

Hal yang sama pun terjadi pada wilayah Tangerang, kawasan elit seperti BSD masih tetap terjaga, namun untuk Tangerang yang didominasi perumahan menengah bawah akan mengalami koreksi jika terkena banjir.


"Seperti Tangerang di Ciledug, menengah ke bawah harganya akan jatuh," katanya.

Menurut Ali tata ruang Jabodetabek harus dibenahi, termasuk penambahan ruang terbuka hijau yang selama ini banyak digunakan oleh bangunan-bangunan komersial seperti mal. Menurutnya mengerem laju pembangunan mal sebagai hanya untuk jangka pendek.

Ia mencontohkan ada Waduk Melati di Jakarta Pusat dipakai untuk pembangunan Mal Thamrin City. Menurut Ali masalah ini bukan salah pengembangnya namun pemerintah daerah yang memberikan izin pembangunan mal yang seharusnya tak dibangun di daerah resapan air.

"Yang salah bukan developernya, yang salah itu pemda yang main dengan tata ruang, menjadi tata uang," kata Ali.

(hen/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads