Padahal pada masa kejayaannya, gedung 28 lantai tersebut sangat ramai, sebanyak 34 tenant menyewa ruang kantor di gedung yang berdekatan dengan Stasiun Kereta Cawang tersebut.
"Karena manajemen yang buruk yang dikelola oleh satu keluarga. Operasional sampai tahun 2000-an itu ramai bahkan 34 tenant menyewa gedung," ungkap mantan petugas keamanan di Menara Saidah, Rahmat saat ditemui detikFinance pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari tahun 2001 sampai tahun 2009 saya bekerja, saya hanya dibayar Rp 550.000/bulan. Pakaian dan sepatu petugas keamanan pun tidak disediakan. Masa saya pakai sendal. Lucu orang kaya (pemilik gedung) tetapi pelit," imbuhnya.
Menurutnya Menara Saidah dikelola oleh beberapa perusahaan berbeda namun masih di dalam satu wadah bisnis Merial Group diantaranya PT Merial Esa, PT Merial Medika, dan Dewa.com. Banyaknya pihak yang ikut mengelola gedung juga ikut mengelola, membuat harga sewa menjadi tinggi.
"Namanya dikelola satu keluarga nggak akan beres, harga sewa terus naik. Lalu lift juga bergerak lambat karena pembelian liftnya itu bekas," imbuhnya.
Puncaknya terjadi di tahun 2009, banyak tenant mulai meninggalkan gedung. Tenant terakhir yang tercatat meninggalkan gedung adalah Bank BNI. Bank BNI menempati store di bagian bawah atau berdekatan dengan lobi kantor. Kemudian pihak pemilik akhirnya memutuskan hubungan kerja para karyawan yang jumlahnya hampir 200 orang tanpa pesangon.
"Terakhir tenant yang keluar adalah Bank BNI. Katanya PHK dilakukan karena adanya kesalahan yang dilakukan satu karyawan namun hampir 200 karyawan dipecat semua. Kita di PHK tanpa pesangon dan langsung dikeluarkan oleh Fajri Setiawan (pemilik gedung) anak ke lima Ibu Saidah," tuturnya.
(wij/hen)