Cerita Harga Rumah di China yang Naik Gila-gilaan

Cerita Harga Rumah di China yang Naik Gila-gilaan

- detikFinance
Jumat, 08 Nov 2013 12:42 WIB
Beijing - Harga properti tempat tinggal seperti rumah dan apartemen di China, khususnya di kota besarnya seperti Beijing belum berhenti naik tinggi. Masyarakat di sana pun mulai kesulitan mendapatkan rumah di wilayah perkotaan.

Cui Shufeng, seorang pensiunan PNS di Beijing mengatakan, dirinya beruntung telah membeli rumah jauh sebelum harganya naik gila-gilaan, hingga sulit terbeli dengan gaji rata-rata pekerja saat ini.

"Harganya sekarang naik cukup konyol," ujar wanita ini seperti dikutip dari CNN, Jumat (8/11/2013).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menunjuk rumah tetangganya yang lokasinya dekat dengan sekolah. Harga rumah tersebut mencapai 70 ribu yuan (US$ 11 ribu) atau sekitar Rp 110 juta per meter persegi. Menurutnya, harga rumah tersebut harusnya cuma 7 ribu yuan (US$ 1.140) atau sekitar Rp 10 juta per meter persegi, karena kondisinya yang tidak bagus.

Cui saat ini memperhatikan kebijakan yang akan diambil para pemimpin di China untuk mereformasi ekonominya. Bagi para pemimpin China, sektor properti sangat emosional dan penuh dengan kepentingan politik. Mimpi memiliki rumah, saat ini tak bisa digapai puluhan juta warga China.

Menurut data terakhir perumahan, harga rumah baru di September 2013 naik tinggi dalam 3 tahun terakhir. Di Beijing, harga rumah pada September naik 16%, Shanghai naik 17%, dan Shenzen naik 20% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Masalahnya, saat ini orang China hanya memiliki sedikit instrumen investasi. Mereka kehilangan kepercayaan terhadap pasar saham, jadi beralih ke sektor properti atau real estate," kata Direktur Economist Intelligence Unit China Xu Si Tao.

Xu menyatakan, para pemimpin pusat China, harus tegas membenahi sektor keuangan, sehingga warga memiliki banyak opsi investasi, tak hanya di real estate yang membuat harganya naik tinggi. Salah satu yang bisa dilakukan adalah membiarkan bank berkompetisi memberikan suku bunga KPR.

Di Beijing, 2 pekan lalu, ada sebuah vila mewah yang luas, namun sepi penghuni. Harga vila ini adalah 23 juta yuan (US$ 3,8 juta) atau sekitar Rp 38 miliar, dan hampir semuanya sudah laku. Namun hanya setengahnya yang ditempati, sisanya dibeli hanya untuk investasi.

Cui cuma bisa geleng-geleng melihat dilema yang dihadapi pemerintahannya. Dia tidak percaya, larangan pembelian rumah ketiga di Shanghai bakal efektif menahan laju harga properti.

"Saya kira harga rumah tidak akan turun tajam, karena ekonomi kami masih bagus. Anak-anak kami membeli rumah di AS saat ini. Harga rumah di AS sama dengan sebuah flat di Beijing, namun lebih besar dan kualitasnya lebih bagus," kata Cui.

(dnl/hen)

Hide Ads