Rumah Tapak
Beberapa pengunjung yang ditanyai detikFinance mengungkapkan ketertarikan mereka lebih pada rumah tapak (landed house) dibandingkan high rise building atau bangunan bertingkat seperti apartemen atau rusun sederhana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau apartemen itu cocoknya buat pasangan muda yang baru menikah ya. Kalau sudah punya anak kan repot mau naik turun. Di renovasi-nya juga repot kalau udah punya anak kan butuh kamarnya nambah," kata Andi seorang pengunjung Kamis (15/5/2014).
Dekat Akses Transportasi
Tak bisa dipungkiri, saat ini kebanyakan kelompok masyarakat kelas ekonomi menengah di Jabodetabek lebih suka membeli rumah di kawasan penyangga ibu kota mulai dari Bekasi, Depok, Tangerang, hingga Bogor .
Alasan yang disampaikan oleh pengunjung pameran ini, untuk menghindari kondisi ibu kota yang sudah padat. Selain itu, pusat kota seperti Jakarta dianggap tidak sehat sebagai kawasan hunian. Faktor lainnya yaitu harga rumah di tengah kota yang sangat mahal.
Dengan lokasinya yang berada di luar ibu kota, akses transportasi yang mudah menjadi salah satu pertimbangan utama sebuah kawasan bisa dianggap sebagai kawasan hunian yang ideal.
"Seperti saya kan kerja di tengah kota (di Jakarta), saya perlu akses transportasi yang gampang seperti kereta dan lain-lain. Karena kan saya tinggal di Depok, jadi capek juga kalau tiap hari harus bawa kendaraan pribadi," tutur Sinta.
Keamanan 24 Jam
Bagi keluarga kecil dengan pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, konsekuensinya rumah akan lebih sering ditinggal penghuninya bekerja. Sehingga menuntut keberadaan hunian yang mampu memberikan layanan keamanan 24 jam.
"Yang cocok itu seperti model cluster atau komplek tapi yang akses keluar masuknya cuma dari 1 gerbang saja. Karena kan rumah kita lebih sering ditinggal. Mau nggak mau, keamanannya harus siap dijaga 24 jam," kata Hilda seorang pengunjung pameran.
Desain yang Unik
Dengan kocek yang dikeluarkan tak kurang dari Rp 300 juta, konsumen tentunya mengharapkan nili lebih dari hunian yang dibelinya.
Selain itu, karena seringkali disibukan oleh pekerjaan harian, calon konsumen umumnya lebih senang membeli rumah siap pakai tanpa harus memikirkan perubahan desain yang terlalu signifikan.
"Mau yang beda dong, masa kita bayar mahal bentuk rumahnya biasa aja?" kata Hilda.
(hen/hen)











































