Deputi Bidang Pembiayaan Perumahan Kemenpera Sri Hartoyo mengatakan hingga Juni 2014, penyaluran kredit rumah tapak sederhana (rumah murah) mencapai 23.000 unit dengan dana penyaluran mencapai Rp 1,2 triliun.
"Itu menunjukkan bahwa ada yang menahan penjualan ada yang tidak menahan juga. Itu semua pilihan," kata Sri saat ditemui detikFinance di kantornya, Jl Raden Patah, Jakarta pekan lalu.
Menurut Sri, saat ini penyaluran program FLPP untuk rumah tapak sudah mencapai 23.000 unit. Sedangkan target 57.000 unit rumah dengan total dana penyaluran Rp 4,5 triliun.
"Sangat optimistis, kenapa karena permintaan masih sangat besar. Kalau bebas PPN ini artinya masyarakat merasa harga rumah menjadi lebih murah 10%. Karena permintaan meningkat itu menjadi beralasan. Pengembang menjadi lebih semangat. Pada akhirnya itu akan ada permintaan dan transaksi," tambahnya.
"Saya pikir September-Oktober sudah mencapai target," ucapnya.
Target awal penyaluran kredit rumah subsidi tahun ini mencapai 120.000 unit. Namun karena keterbatasan dana, maka target direvisi menjadi 57.000 unit.
"Kalau target kita 120.000, kebutuhan dananya Rp 9,7 triliun. Tapi dana yang tersedia sekarang 4,5 triliun. Itu hanya mampu membayar 57.000 rumah. Nanti kita akan terus koordinasikan dengan kementerian keuangan itu dengan permintaan, mudah-mudahan," tutur Sri.
Beberapa waktu lalu, para pengembang menahan stok rumahnya dan belum mau menjual ke pasar karena belum terbitnya aturan bebas PPN. Setelah diterbitkannya aturan bebas PPN 10% bagi konsumen yang membeli rumah murah, pengembang kembali bergairah karena permintaan akan melonjak. Selain itu, mereka mendapat kepastian hukum dengan diterbitkannya aturan ini.
(zul/hen)











































