Head of Surabaya Office Jones Lang LaSalle (JLL) Joseph Lukito menyebutkan, minimnya lahan kosong di Surabaya membuat para pengembang menyasar ke sektor hunian vertikal jenis kondominium. Permintaan yang tinggi ini membuat harga kondominium terus melejit.
"Tanah di Surabaya sudah cukup mahal apalagi landed house (rumah tapak). Jadi opsinya ke apartemen atau kondominium," kata Lukito saat jumpa pers di kantornya, Gedung BEI, Jakarta, Rabu (15/10/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara untuk kelas menengah harganya mencapai Rp 16 juta-Rp 17 juta per meter persegi, atau sudah naik 8-9%.
Sedangkan untuk kelas bawah, harganya dipatok Rp 9 juta-Rp 11 juta per meter persegi, atau sudah naik sekitar 10-27%.
Lukito mengatakan, dari 9.452 unit pasokan kondominium yang ada, lebih dari 1.600 unit kondominium kelas atas terjual dengan rata-rata harga Rp 24,5 juta-Rp 35 juta per meter persegi.
"Kebanyakan investor yang beli, mereka yang berharap yield (imbal hasil). Lokasinya masih didominasi Surabaya Barat dan Timur. Profile buyer lihat lokasi, beberapa dipilih yang dekat dengan universitas, ada di Pakuwon, yang banyak anak-anak pelajar," tandasnya.
(drk/dnl)