Mulai awal Maret 2015, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menurunkan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) non subsidi di kisaran 0,25-0,75%. Saat ini, rata-rata suku bunga KPR BTN mencapai 12-13%.
"KPR non subsidi mulai awal Maret turun 0,25-0,75%," kata Direktur Utama BTN Maryono di Menara BTN, Jakarta, Selasa (24/3/2015).
Penurunan bunga ini berlaku untuk nasabah KPR baru maupun lama. Dia menjelaskan, bank berkode BBTN itu masih fokus menyalurkan kredit KPR baik subsidi maupun non subsidi tahun ini dengan target pertumbuhan sekitar 18-19%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertumbuhan kredit BTN diproyeksikan akan mampu mencapai 18-19% tahun ini," kata dia.
Selain menggenjot di sektor kredit, Maryono menyebutkan, BTN juga akan berupaya menekan angka kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) di tahun ini, caranya dengan membentuk 2 unit organisasi baru yaitu di bidang collection dan asset management. Hingga Maret 2014, NPL nett (kredit macet) perseroan mencapai 3%.
"Kita juga akan gandeng perusahaan-perusahaan untuk melakukan penjualan dan pelelangan sehingga penurunan NPL lebih besar lagi, di tahun 2014 sudah recovery aset Rp 1,3 triliun, tahun ini bisa di atas itu," sebut dia.
Di tempat yang sama, Direktur BTN Irman Alvian Zahiruddin menambahkan, bank milik negara itu juga akan menggenjot pendapatan dari fee based income dengan memasuki bisnis ritel banking seperti penjualan asuransi dan obligasi ritel.
Dalam bisnis bancassurance, BTN memasarkan produk-produk seperti sukuk dan obligasi ritel, kerjasama dengan 3 perusahaan asuransi yaitu Zurich Insurance, Generally Asuransi, dan Jiwasraya.
Sementara untuk produk reksa dana bekerjasama dengan manager investasi yaitu Manulife, Schroders Indonesia, dan Trimegah Securities.
"Ini sudah berjalan, tujuannya supaya fee based jauh lebih besar dari bank-bank lain," katanya.
Selain itu, perseroan juga tengah mengkaji untuk bisa masuk sistem branchless banking.
"Akan masuk branchless banking. Fee based kesempatan yang tidak kita sia-siakan. Kalau bank-bank lain itu rata-rata pendapatan dari fee based 10-11%, BTN masih 6%, jadi ruang untuk berkembang luas sekali," terang dia.
Dalam hal permodalan, BTN juga tengah mengkaji untuk menerbitkan obligasi sebesar Rp 3 triliun dalam semester pertama tahun ini. Obligasi ini akan digunakan untuk menggenjot penyaluran KPR.
"Terbitkan obligasi karena KPR kita jangka panjang 15-20 tahun jadi kalau pembiayaan hanya dari DPK yang jangka pendek akan mismatch," pungkasnya.
(drk/ang)











































