Kawasan Indonesia Timur Primadona Baru Properti

Kawasan Indonesia Timur Primadona Baru Properti

- detikFinance
Rabu, 25 Mar 2015 07:21 WIB
Kawasan Indonesia Timur Primadona Baru Properti
Foto: Wilayah Manado (Suhendra-detikFinance)
Manado - Sejak beberapa tahun terakhir, pasar properti mulai menggeliat di wilayah-wilayah luar Jabodetabek, bahkan di luar Pulau Jawa, khususnya di Indonesia Timur. Beberapa wilayah/kota di Indonesia Timur cukup atraktif pergerakan harga propertinya, seperti Makassar, Balikpapan, dan Manado.

Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan, ‎pengembang Jabodetabek mulai bertansformasi dari hunian tapak ke apartemen, dengan munculnya proyek-proyek apartemen menengah yang berekspansi ke luar Jabodetabek.

Penyebabnya, karena perlambatan signifikan terjadi di Jabodetabek, menyusul kenaikan harga properti yang tidak terlalu tinggi dua tahun terakhir. Selain itu, harga tanah di Jabodetabek terus melonjak naik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini fenomena, pengembang besar masuk ke luar Jawa, karena harga tanah di Jabodetabek sudah sangat tinggi dan lahan terbatas," kata Ali kepada detikFinance, Rabu (25/3/2015).‎

Ia mengatakan, perkembangan properti di luar Jawa mengarah ke wilayah Sumatera meliputi Medan, Riau, dan Lampung. Lalu sebagian Kalimantan, Jawa Tengah, dan Manado. Hal ini berdasarkan peningkatan harga tanah dari hasil survei Indonesia Property Watch, disertai dengan aktivitas pembangunan yang akan dan sedang dimulai di beberapa wilayah tersebut.

"Kalau saya melihat, khusus untuk Indonesia Timur propertinya lagi naik. Ekonomi di sana sedang maju seperti Makassar, Balikpapan, dan Manado," katanya.

Ali menambahkan, ekonomi Indonesia timur saat ini sedang digenjot dengan berbagai dukungan infrastruktur dan keunggulan daerah masing-masing. Ia mencontohkan‎ Balikpapan yang ditopang dari sektor pertambangan, Manado yang ditopang dari sektor pariwisata, dan Makassar yang merupakan pintu gerbang Indonesia Timur.

"Misalnya Manado untuk jangka panjang, bagus potensinya ke depan. Namun karena lahan terbatas kini muncul proyek-proyek apartemen seperti Wika (Wijaya Karya) dan Lippo," katanya.

Sebelumnya, berdasarkan Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia (BI) triwulan IV-2014, tercatat adanya peningkatan pertumbuhan harga properti residensial di pasar primer (rumah baru). Selain peningkatan harga yang tipis, juga tercatat ada peningkatan volume penjualan yang signifikan.

Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan IV-2014 tumbuh 1,54%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat 1,46%. Peningkatan pertumbuhan harga terjadi pada semua tipe rumah, khususnya rumah tipe besar.

"Wilayah Balikpapan mencatat kenaikan harga paling tinggi (4,49%), terutama pada tipe menengah (7,7%), karena kuatnya basis ekonomi di sektor jasa, perdagangan serta industri minyak, batu bara, dan gas mendorong tingginya kebutuhan terhadap rumah hunian," katanya.

Kenaikan harga rumah yang tinggi juga terjadi di Surabaya (3,66%) terutama untuk tipe rumah besar (5,37%).

BI juga mencatat kenaikan secara tahunan mengalami perlambatan, yaitu hanya 6,29%, melambat dibandingkan triwulan III-2014 yang sempat mencapai 6,53%.

"Berdasarkan wilayah, kenaikan harga rumah terendah di Bandar Lampung dan Pontianak, sementara itu kenaikan harga rumah tertinggi terjadi di Manado dan Makassar," jelas survei BI.

(hen/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads