Menengok Proses Perubahan Amsterdam Jadi Smart City

Peringatan 60 Tahun KAA

Menengok Proses Perubahan Amsterdam Jadi Smart City

- detikFinance
Kamis, 23 Apr 2015 13:53 WIB
Menengok Proses Perubahan Amsterdam Jadi Smart City
Karya seni House of Cards di Amsterdam Light Festival (Amsterdam Light Festival)
Bandung - Amsterdam, Belanda menjadi salah satu kota yang sukses menjadi kota cerdas atau smart city di dunia. Semua sektor prioritas yang menjadi kebutuhan warga Amsterdam sekarang terkoneksi dengan teknologi canggih.

Bram Reinders, Direktur Alliance Management of Alliander Belanda menuturkan proses pembangunan smart city dimulai sejak 2009. Rancangan dilakukan pemerintah kota yang bekerjasama dengan perusahaan listrik dan telekomunikasi.

"Sekarang kita sudah laksanakan selama 6 tahun dan kita sudah mengalami banyak perubahan," ungkapnya dalam kegiatan Asia Afrika Smart City 2015 di Hotel Trans Luxury, Bandung, Jawa Barat, Kamis (23/4/2015)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada 65 proyek yang berhasil dilakukan. Hingga kemudian semua komponen di Amsterdam bisa terhubung, yang terjadi antara pemerintah dengan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat umum.

Dalam konsep smart city, Reinders menuturkan bahwa kota harus disesuaikan dengan potensi dan kebutuhannya. Untuk Amsterdam, ada 8 sektor yang diutamakan.

"Delapan sektor itu adalah industri kreatif, informasi teknologi, data, transportasi, jalur logistik, pariwisata dan festival atau perayaan yang memang sering terjadi di Belanda,". Jelasnya.

Pemilihan sektor ini disesuaikan dengan kebutuhan serta kapasitas warga terhadap teknologi. Setiap apapun yang dilakukan pemerintah, harus dapat bermanfaat bagi warganya sendiri.

"Untuk membangun sebuah smart city, kita mau orangnya ada di bagian depan. Kita harus tahu apa yang ada di kepala mereka. Mereka adalah orang pintar dan kita harus paham akan kebutuhannya," ujar Reinders.

Proyek pertama yang digagas adalah soal konektivitas internet. Menurutnya konsumsi internet di sana merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Maka dari itu dibutuhkan internet dengan kecepatan tinggi.

"Amsterdam punya koneksi internet paling cepat. 95% rumah di Amsterdam itu terhubung dengan internet. Kita menggunakan G4 LTE sejak 2012," sebutnya.

Kedua adalah data, pemerintah membuat satu website khusus untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat. Termasuk juga di dalamnya, dana yang dikeluarkan oleh pemerintah serta berbagai kejadian yang terjadi di kota tersebut.

"Warga yang cerdas pasti selalu membutuhkan data dan itu yang kita berikan sebagai keharusan. Apapun datanya kita sediakan dalam satu aplikasi internet dan kita bagikan gratis," paparnya.

Ketiga adalah energi. Reinder mengatakan urusan energi bisa hanya menjadi persoalan kecil dalam satu kota. Cukup dengan membuat kebijakan, bahwa energi harus disediakan masing-masing oleh perusahaan yang ingin mendapatkan kapasitas listrik lebih besar dari lainnya.

"Stadion sepakbola, mal dan data center mereka bekerjasama untuk masalah enegi. CEO akan berkumpul dan melakukan penyeimbangan dan membeli sumber energinya masing-masing," ungkap Reinders.

Keempat adalah sampah. Ada sekitar 3,3 juta orang di Amsterdam dengan menghasilkan 1,4 juta ton sampah setiap tahunnya. Pemerintah berinisiatif untuk mengumpulkan sampah sebanyak mungkin dan kemudian diolah menjadi energi terbarukan.

"1,4 juta ton sampah, dan itu kemudian diolah sebagai energi. Kita juga punya strategi baru, kita sekarang dengan 19% dari sampah untuk daur ulang dan kita ingin maju ke 69%. Kita bisa mengolah sampah juga untuk tekstil," terangnya.

Kelima yaitu mobilitas dalam kota. Tren yang ada di Amsterdam, kata Reinders adalah berbasis soal aset kendaraan. Karena bila hanya untuk satu orang, kenapa warga harus membeli kendaraan seperti mobil.

"Kita punya tren ekonomi terbaru. Kenapa harus membeli mobil per orang, kalau itu bisa berbagi dengan orang lain. Jadi tren kita adalah untuk berbagi aset," ujarnya.

Amsterdam menurutnya juga akan mengarahkan kendaraan untuk menggunakan listrik sebagai bahan bakar. Seperti mobil yang sekarang sudah sebanyak 40 ribu unit digunakan. Targetnya 2020 mendatang, jumlah akan berubah menjadi 200 ribu unit.

"Kemudian kita akan gunakan motor listrik, bus litrik dan lainnya," tambah Reinders.

Keenam adalah kesehatan. Menjadi berbeda dengan Indonesia, dan Bandung khususnya yang memiliki banyak anak muda, Amsterdam justru lebih banyak warga dengan kategori lansia. Sehingga harus dipikirkan fasilitas kesehatan yang tepat.

"Kita punya program untuk menjaga lansia hidup bahagia. Dengan menyiapkan tempat-tempat yang bisa menyenangkan mereka," tukasnya.

Berapa uang yang dibutuhkan untuk membangun smart city?

Reinder mengungkapkan, bila mengandalkan dana pemerintah, maka tidak akan cukup membangun smart city. Pemerintah perlu bekerjasama dengan pengusaha dari berbagai sektor.

"Ada sebanyak 100 pengusaha yang ikut membangun smart city. Uang untuk smart city itu bukan dari kota. Tapi dari perusahaan karena kota tidak akan memiliki uangnya," pungkasnya.

(mkl/hen)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads