Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI) Eddy Ganefo masyarakat harus lebih cermat sebelum memutuskan mengambil KPR lewat program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) atau KPR subsidi dengan uang muka hanya 1%.
“Uang muka memang lebih kecil. Tetapi masyarakat akan terbebani beban cicilan KPR yang lebih besar dibanding skema KPR sebelumnya,” kata Eddy kepada detikFinance, Senin (4/5/2015)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Rumah murah di Jawa harga kisaaranya Rp 110 juta. Dengan DP 1%, sisa KPR yang harus dicicil setiap bulannya adalah Rp 800.000 dengan jangka waktu kredit 15 tahun. Artinya kalau mau aman pendapatanya idealnya harus memiliki pendapatan tetap Rp 3 juta setiap bulannya,” katanya.
Di sisi lain, uang muka yang kecil tersebut membuat pengembang kesulitan terhadap likuiditas arus kas untuk membangun rumah baru. Hal ini ikut berpengaruh langsung pada calon pembeli. Sedangkan pihak perbankan, hanya menyediakan tenor kredit hingga 20 tahun.
Sementara itu, pengembang mengakalinya dengan meminjam dana dari bank dari fasilitas kredit konstruksi.
“Bunga kredit konstruksi 14%. Supaya tidak rugi, kita hanya meminjam dari bank dengan jangka waktu hanya sampai 2 bulan. Jadi bagi masyarakat yang ingin membeli rumah dengan uang muka 1%, harus menyelesaikan akad kreditnya dalam waktu dua bulan,” kata Ganefo.
Mau tahu syarat untuk program DP KPR hanya 1%, klik di sini.
(hen/hen)











































