Namun Anda jangan langsung terpikat dengan bahasa iklan yang digunakan pengembang. Anda perlu mencermatinya agar Anda tidak salah menangkap maksudnya dan akhirnya kecewa karena merasa tertipu.
Umumnya iklan properti di media online, cetak, televisi, brosur, hingga banner yang ada di jalan menggunakan gaya bahasa pemasaran yang menarik dan kreatif, tetapi bermakna ambigu. Untuk itu, berikut ini beberapa hal yang perlu Anda cermati agar tidak tertipu saat membeli properti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iming-iming promo uang muka (down payment/DP) yang ringan mampu menarik perhatian calon pembeli. Seperti promo uang muka cuma 10% dengan keringanan cicilan DP atau beli rumah tanpa uang muka.
Meski iklannya tertulis demikian, namun biasanya promo tersebut memiliki berbagai persyaratan tertentu. Oleh sebab itu, tanyakan hal ini ke bagian marketing agar mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya.
2. Harga dan Cicilan
Bahasa iklan properti kerap menuliskan harga jual dengan kata berakhiran 'βan' untuk memberikan kisaran angka yang tidak spesifik. Seperti rumah dijual Rp 300 jutaan atau cicilan ringan Rp 50 ribuan per hari.
Terkadang dalam spesifikasinya, ternyata jutaan yang dimaksud adalah Rp 390 juta, tetapi yang mungkin Anda tangkap adalah Rp 300 juta. Sedangkan cicilannya ternyata jika dicermati menjadi Rp 50 ribuan x 30 hari = sekitar Rp 1,5 juta per bulan.
3. Lokasi
Lokasi strategis adalah hal utama yang sering dicari pembeli. Makanya pengembang suka menonjolkan nilai plus propertinya yang diklaim strategis. Seperti dekat dengan bandara, hanya 5 menit dari gerbang tol dan sebagainya.
Oleh sebab itu, jika Anda melihat iklan properti yang mengatakan bahwa huniannya berada di lokasi strategis, maka lebih baik Anda mengecek langsung ke lokasi properti untuk memastikannya.
4. NUP
NUP atau Nomor Urut Pembelian yang bisa diperoleh oleh pembeli potensial beberapa hari atau minggu sebelum peluncuran properti. NUP jadi strategi pengembang untuk memasarkan produknya dengan harga murah tetapi unitnya terbatas sehingga peminatnya banyak.
Biasanya pengembang menawarkan promo seperti beli rumah Rp 200 juta untuk 10 pembeli pertama. Namun harga selanjutnya akan ditentukan berdasarkan kuantitas NUP yang diberikan, di mana yang cepat membelinya akan mendaptkan harga yang lebih murah. Jadi, Anda perlu pahami skema NUP yang ditawarkan pengembang.
(Sumber: Rumahku.com) (wdl/wdl)











































