Menurut Associate Director Colliers Ferry Salanto program tersebut rasanya sulit untuk direalisasikan. Sebab lahan di Jakarta sudah sangat terbatas.
"Kalau rumah tapak mah repot, agak sulit. Tanahnya itu yang enggak nutup. Lagi pula harganya juga sudah sangat mahal," tuturnya saat dihubungi detikFinance, Minggu (2/4/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ferry melanjutkan, meskipun ada lahan di Jakarta untuk membangun rumah tapak namun ketersediaannya terpencar. Sehingga sulit untuk dijadikan sebuah program hunian dari pemerintah untuk masyarakat.
"Nyari lahannya juga susah, jadi kerjaan banget nyari nyari satu-satu. Kalau untuk bangun rumah 1 atau 2 mungkin bisa. Tapi tidak bisa untuk proyek perumahan," imbuhnya.
Menurut pandangan Ferry, hanya di Jakarta Timur yang masih tersedia lahan, meskipun juga sudah sangat terbatas. Harga tanah di Jakarta Timur juga terbilang paling murah diantara wilayah lainnya.
"Paling memungkinkan Jakarta Timur. Tapi itu pun harus membangun vertikal jika untuk program hunian masyarakat," tukasnya.
Baca juga: Begini Penampakan Rumah Seharga Rp 350 Juta di Jakarta
Menurut data terkini Indonesia Property Watch (IPW), rata-rata harga tanah paling tinggi berada di Jakarta Pusat senilai Rp 18,76 juta per m2. Sedangkan yang rata-rata harga tanah termurah di Jakarta Timur senilai Rp 7,9 juta per m2.
Sedangkan di Jakarta Selatan senilai Rp 17,97 juta per m2, lalu Jakarta Utara Rp 17,13 juta per m2 dan Jakarta Barat seharga Rp 13,24 juta per m2.
Kendati begitu, pertumbuhan harga tanah di Jakarta Timur dalam 3 tahun terakhir paling tinggi dibanding wilayah lainnya yakni sebesar 5,58%. Sedangkan Jakarta Pusat 4,19%, Jakarta Selatan 4,67%, Jakarta Utara 2,85% dan Jakarta Barat 4,15%. (mkj/mkj)