Salah satunya menyasar mereka yang bergaji Rp 7-10 juta alias mereka yang masuk kelompok kelas menengah.
Permasalahan kelompok masyarakat ini adalah letak hunian yang jauh dari tempat kerja di pusat kota. Selain rugi waktu, kerugian yang hanarus ditanggung masyarakat ini adalah tingginya biaya transportasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang jadi masalah adalah kelas menengah. mereka bisa punya gaji lumayan, tapi mereka harus tempuh waktu 4-5 jam di jalan karena rumahnya di pinggiran," kata Basuki alias Ahok dalam acara Blak-blakan Ahok-Djarot di Markas detikcom, Senin (10/4/2017).
Mengatasi masalah tersebut, solusi hunian yang ditawarkan Ahok dan Djarot dalam programnya, adalah hunian sewa seharga kos-kosan yang lokasinya langsung terhubung dengan transportasi umum.
"Kita buat program, di atas stasiun, di depo LRT dan MRT, di atas terminal. Itu kita bangunkan apartemen dengan sewa harga kos-kosan. Cuma sekitar Rp 1,5-2 juta," jelas Ahok.
Fasilitas yang diterima, adalah apartemen tipe 36 dengan dua kamar yang bisa dihuni pasangan suami istri dengan anak-anaknya.
Dengan biaya yang sama, masyarakat cuma bisa menyewa kos-kosan tipe studio.
"Di kos-kosan, kan kalau mereka punya anak, anaknya mau di mana? Yang ngasuh anak tinggal di mana? Nah, kalau ada apartemen ini, mereka bisa tinggal layak, tapi cukup bayar sewa seperti harga kos-kosan," kata Ahok.
Manfaat lainnya, karena tersambung langsung dengan transportasi umum, maka masyarakat yang menempati apartemen sewa ini, tak perlu memikirkan biaya cicilan kendaraan.
"Nah mereka bisa hemat waktu, enggak perlu cicil mobil, uangnya bisa ditabung," tandas Ahok. (dna/hns)











































