Ekonom menyebut, butuh stimulus moneter seperti peningkatan rasio loan to value (LTV) dan uang muka jadi lebih rendah bisa untuk mendongkrak penyaluran kredit.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan, jika bank menurunkan uang muka KPR maka dinilai terlalu berisiko.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan, saat ini BCA masih mencatatkan pertumbuhan kredit properti dan KPR yang baik meskipun tidak seagresif tahun-tahun sebelumnya.
"KPR di BCA masih bagus, tinggal kasih bunga murah saja sih, pasti banyak yang ambil," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Mayapada Tbk Hariyono Tjahjarijadi mengatakan dari sisi peraturan dalam rangka kehati-hatian kredit sudah memadai.
"Kalau dilonggarkan lagi akan berisiko untuk perbankan," ujarnya.
Dia mengatakan, masalah utama permintaan kredit rendah adalah memang konsumen atau masyarakat saat ini sedang dilanda daya beli yang lesu.
"Masyarakat kita sekarang sedang mengubah pola konsumsinya, jadi bukan karena kurang stimulus," ujarnya.
Dia menambahkan, dalam kondisi penyaluran kredit yang belum normal dan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS) yang ditahan belum naik maka bisa jadi kesempatan untuk menurunkan bunga simpanan.
"Kalau ini bisa berjalan lancar, maka penurunan bunga kredit bisa saja dilakukan," ujarnya. (ang/ang)