Angka tersebut terpantau stagnan bila dibandingkan periode sebelumnya. Akan tetapi, tingkat penyewaan diperkirakan bakal mengalami peningkatan dalam beberapa tahun ke depan mulai dari 2018 mencapai 90% dan 2021 di 93%.
Serapan penyewaan pertokoan di mal mencapai 20.100 meter persegi pada kuartal III-2017 dengan pasokan mencapai 60.000 meter persegi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, tingkat sewa mal di Jakarta didominasi sektor makanan dan minuman (food and beverages/F&B). Selain itu, sektor fashion dan hiburan juga masih menjadi tenant yang ramai ditemui di mal-mal Jakarta.
Maraknya pertumbuhan sewa di sektor makanan dan minuman didukung dengan fasilitas koneksi internet (WiFi) yang mumpuni, desain tempat yang menarik, serta hidangan yang enak. Sehingga tempat makan di mal seringkali menjadi tujuan tempat berkumpul.
"Permintaan yang cukup kuat di sektor F&B didukung oleh makanan yang enak, koneksi WiFi, sebagai tempat berfoto dan tempat yang nyaman," kata James.
Head of Retail JLL Indonesia Cecilia Santoso mengungkapkan tingkat hunian mal tidak mengindikasikan adanya penurunan daya beli. Melainkan adanya transisi pembelian dari offline ke online.
"Terjadi perubahan perilaku konsumen," ujar Cecilia.
Harga sewa pertokoan di mal untuk kategori middle low berada di level Rp 200.000 per meter persegi per tahun. Untuk kategori middle berada di level Rp 300.000 per meter persegi per tahun.
Selanjutnya, kategori upper mengalami peningkatan signifikan hingga Rp 700.000 per meter persegi per bulan. Harga sewa pertokoan di mal kategori upper mengalami kenaikan sejak kuartal IV-2008 Rp 500.000 per meter persegi per bulan.
Pasokan penyewaan ruang di mal Jakarta hingga akhir tahun mencapai 82.500 meter persegi atau turun dibandingkan tahun lalu 100.000 meter persegi. (ara/dna)











































