Biar Enggak Jadi Gelandangan, Milenial Bisa Pakai Cara Ini Beli Rumah

Biar Enggak Jadi Gelandangan, Milenial Bisa Pakai Cara Ini Beli Rumah

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 28 Nov 2017 15:47 WIB
Biar Enggak Jadi Gelandangan, Milenial Bisa Pakai Cara Ini Beli Rumah
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Sebuah survei yang dilakukan akhir tahun lalu menyebutkan, sekitar 95% generasi milenial pada 2020 akan menjadi gelandang. Hal itu lantaran harga rumah yang terus melonjak tinggi, sementara kebiasaan milenial yang cenderung boros dan tidak mementingkan kebutuhan hunian.

Head of Marketing Rumah.com, Ike Noorhayati Hamdan mengatakan, memang harga rumah setiap tahunnya cenderung meningkat. Namun banyak cara yang bisa disiasati untuk membeli rumah, salah satunya memanfaatkan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan untuk mengajukan KPR.

"Itu bisa dimanfaatkan, untuk kepemilikan pertama mungkin harga rumah sekitar Rp 300-500 juta dapat bunga spesial rate yang flat, yaitu 3% ditambah suku bunga BI," tuturnya kepada detikFinance, Selasa (28/11/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika saat ini suku bunga acuan BI 7-days repo rate di level 4,25% berarti bunga cicilan KPR yang ditanggung sekitar 7,25%. Bunga tersebut flat hingga akhir cicilan.

"Tapi itu syaratnya harus rumah pertama. Generasi milenial kan pasti rumah pertama," tuturnya.

Ike juga mengatakan, sebenarnya pemerintah maupun BI banyak mengeluarkan kebijakan agar masyarakat bisa memilih hunian. Seperti program 1 juta rumah.

Selain itu, BI juga sudah melakukan pelonggaran Loan to Value (LTV), di mana uang muka cicilan perumahan kini sudah turun dari 30% menjadi 15%. Belum lagi banyak fasilitas dari pengembang yang memungkinkan uang muka untuk dicicil.

"Kita cuma kasih booking fee saja sudah bisa. DP bisa dicicil 6 kali, 12 kali, 24 kali itu bisa," tambah Ike

Namun hal itu bisa dilakukan asal generasi milenial mau mengubah perilaku borosnya. Sebab kini generasi milenial cenderung mementingkan travelling ketimbang kebutuhan utama hidupnya.

"Dulu kan di sekolah diajarkan kebutuhan kita sandang, pangan dan papan. Tapi anak sekarang sandang pangan dan jalan-jalan. Minimal harus berkorban jalan-jalannya, gaya hidupnya. Apa mau jalan-jalan ke Jepang tapi pulang ke kontrakan," tandasnya. (dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads