Terlepas dari kasus ini, Inneke dan Fahmi mengingatkan pada sebuah gedung tinggi di Jalan MT Haryono Jakarta yakni Menara Saidah. Fahmi merupakan pemilik gedung yang kini kosong tak digunakan itu.
Banyak cerita pada gedung yang selalu gelap pada malam hari ini. Konon, gedung ini banyak 'penunggunya'. Selain itu, gedung ini kerap disebut-sebut miring.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penasaran dengan Menara Saidah? Berikut berita selengkapnya:
Menara Saidah Tak Dipakai, Rumornya Banyak Hantu
Foto: Kanavino/detikcom
|
Dari Mustika Ratu, gedung ini dilelang dan dimenangkan oleh Keluarga Saidah dengan pemilik diserahkan kepada Fajri Setiawan, anak kelima Nyonya Saidah. Saat dimenangkan oleh Keluarga Saidah, gedung ini mengalami renovasi besar-besaran salah satunya penambahan jumlah lantai.
Fajri Setiawan kemudian meninggal dan kepemilikan beralih tangan ke suami Inneke, Fahmi Darmawansyah yang merupakan anak bungsu Nyonya Saidah.
Banyak cerita soal Menara Saidah yang berkembang di masyarakat. Menara milik Fahmi ini dikabarkan banyak 'penunggu' dan sosok ghaib sehingga ditinggalkan oleh para tenant.
Mantan Petugas Keamanan Menara Saidah, Rahmat mengakui bahwa fenomena hantu wanita berbaju merah sering terlihat berkeliling gedung.
"Hantu perempuan pakai baju merah itu selalu keliling gedung kalau malam hari, kadang juga banyak warga yang melihat nemplok di atas lantai 3," kata Rahmat kepada detikFinance 2013 lalu.
Warga sekitar juga mengaku sering melihat sosok hantu di menara ini. Sampai-sampai rumah produksi membuat film horor tentang menara ini.
Gedung Menara Saidah Miring?
Foto: Kanavino/detikcom
|
"Kalau miring itu dapat dari mana miringnya?" tanya Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya Ary Widiantoro kepada detikFinance, Senin (29/7/2013).
Ary menjelaskan secara teknis jika sebuah gedung yang awalnya tegak menjadi miring bakal menimbulkan suatu tekanan yang besar pada dinding bangunan. Artinya, lanjut Ary, jika Menara Saida miring maka kaca-kaca yang ada di jendela gedung pecah berhamburan.
"Itu kan ada kaca-kaca, kalau gedung itu miring itu kacanya pasti pecah. Karena ada tekanan, kan nggak mungkin kalau ada kemiringan (kaca tidak pecah), kan pasti ada bagian yag tertekan. Kalau dilihat secara fisik ya mungkin aja, tapi secara struktur kalau ada tekanan pasti pecah," jelasnya.
Ary menjelaskan, saat masa konstruksi 1995-1998 lalu proses pembangunan Menara Saidah tidak mengalami persoalan teknis. Bahkan hingga pada saat gedung Menara Saidah diserahterimakan kepada perusahaan Mustika Ratu selaku pemilik awal gedung tersebut. Menurut Ary, secara teknis dan struktur gedung ini telah dibuat sesuai dengan kelayakan.
Menara Saidah Dibangun Tahun 1995
Foto: Kanavino/detikcom
|
Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya Ary Widiantoro mengatakan tak tahu persis angka pasti nilai proyek Menara Saidah saat digarap oleh HK. Ia beralasan menara tersebut telah dibangun belasan tahun yang lalu. Namun Ary memperikirakan untuk membangun Menara Saidah mencapai kurang lebih Rp 50 miliar.
"Kalau nggak salah itu Rp 50 miliar, kalau nggak salah ya, saya nggak jelas detailnya karena itu sekitar 15 tahun yang lalu," kata Ary kepada detikFinance, Senin (29/7/2013).
PT Hutama Karya menggandeng mitra perusahaan konstruksi swasta yakni Adji Satria untuk menyelesaikan proyek miliaran tersebut. Perseroan mengakui proyek Menara Saidah merupakan proyek gedung pencakar langit pertama yang digarap oleh HK.
"Kita joint venture dengan Adji Satria, itu swasta. Itu rasanya dulu, sekitar 15 tahun lalu," ungkapnya.
Halaman 2 dari 4