Pendapatan Hotel Akhir Tahun Turun 30% karena Tsunami Anyer

Pendapatan Hotel Akhir Tahun Turun 30% karena Tsunami Anyer

Trio Hamdani - detikFinance
Kamis, 27 Des 2018 13:31 WIB
Foto: Faiq Hidayat/detikcom
Jakarta - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) memperkirakan pendapatan pengelola hotel secara nasional turun di libur akhir tahun 2018 jika dibandingkan libur akhir tahun 2017. Penyebabnya adalah tsunami yang menerjang kawasan Anyer, Banten.

Wakil Ketua Umum PHRI Maulana Yusran mengatakan, kawasan Anyer, Banten merupakan salah satu lumbung destinasi, alias salah satu tujuan wisata yang paling banyak dikunjungi.

Padahal pengelola hotel, khususnya di daerah wisata amat bergantung dari jumlah wisatawan yang pergi berlibur. Dengan kondisi saat ini dipastikan Anyer sepi, dan tingkat keterisian kamar hotel juga rendah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pasti terjadi penurunan ya, kita kan bicara liburannya ya, pasti terjadi penurunan lah. Kalau kita bicara Indonesia pasti kan lumbung yang jadi destinasi kan ada kendala kan," katanya saat dihubungi detikFinance, Kamis (27/12/2018).


Meski tidak bisa dipukul rata karena di daerah lain mungkin terjadi kenaikan, namun dia menyebut secara nasional angkanya turun.

"Tapi tidak sama ya, mungkin ada yang terjadi kenaikan, tapi ada penurunan. Tapi kalau bicara secara total pasti ada penurunan karena ada beberapa faktor alam yang terjadi itu," ujarnya.

"Kalau perkirakan nilai saya nggak berani tapi kalau persen tentu pasti terjadi penurunan paling tidak ada terjadi penurunan sekitar 30 persen lah penurunannya karena di berapa daerah tetap terjadi kenaikan," tuturnya.

Dia memperkirakan kerugian yang dialami pengelola hotel di Banten saja bisa mencapai 80%.



"Di Banten kan penurunannya cukup drastis ya karena ada bencana itu, itu penurunannya yang tadinya okupansinya bisa average 80% sampai tanggal 31 (Desember) minimal, sekarang mereka cancelation-nya (pembatalan) malah banyak. Kerugiannya bisa sampai 80%," sebutnya.

"Penurunan itu diakibatkan bencana kan, belum ada lagi nanti seperti travel warning sekarang ini untuk di beberapa kawasan perairan Selat Sunda itu. Kadang kadang itu juga bisa menjadi pemikiran bahwa traveler mengurungkan (pergi wisata)," tambahnya. (zlf/zlf)

Hide Ads