Penugasan khusus yang diberikan Pemerintah kepada LPEI berfungsi untuk menyediakan pembiayaan, penjaminan, dan asuransi ekspor atas transaksi atau proyek yang secara komersial sulit dilaksanakan, namun dianggap perlu oleh Pemerintah untuk menunjang kebijakan atau program ekspor dalam bentuk program NIA.
WIKA dapat pesanan dari pemerintah Aljazair untuk proyek pembangunan 1.700 unit rumah bersubsidi (Iogement) di Baraki dan El-Harrach wilayah di Algier. Juga 2.250 unit di Ain Defla dan Khemis Miliana wilayah Blida. Dua proyek itu senilai Rp 187,7 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sri Mulyani menambahkan, tujuan ekspor ke negara non tradisional seperti di benua Afrika dan wilayah Asia Selatan perlu digenjot.
"Sehingga kalau kita bisa masuk di pasar itu pada awal akan bisa juga berikan positioning bagi perusahaan Indonesia untuk bisa menempatkan posisi yang kompetitif di benua tersebut.
Penandatangan KMKE melalui skema NIA karena WIKA aktif melakukan ekspansi bisnis konstruksi di pasar internasional khususnya Afrika, Asia Selatan, dan TumurTengah.
Baca juga: Tengok Rumah Subsidi di Singapura |
Direktur Eksekutif LPEI Sinthya Roesly mengatakan ini sebagai upaya mengatasi defisit neraca perdagangan dengan Aljazair terkait migas. Dalam hal ini ekspor jasa dan barang terkait diharapkan bisa memacu ekspor ke negara tersebut.
"Ini adalah pengejawantahan dari amanat tersebut untuk dukung ekspor nasional, khususnya di Aljazair yang kita defisit karena migas impor cukup tinggi sedangkan ekspor tidak terlalu besar," kata Sinthya.
Direktur Operasi III WIKA Destiawan Soewardjono berterima kasih atas pembiayaan dari LPEI.
"Kami sangat senang dan bahagia karena pada akhirnya, keinginan kami terkabul," tuturnya.