Lalu, apa saja hal-hal yang melatarbelakangi ibu kota harus dipindahkan dari Jakarta?
Klik selanjutnya
Jakarta Sangat Padat Penduduk
|
Foto: Rachman Haryanto
|
Dari dokumen tersebut juga menuliskan bahwa Jakarta masuk ke dalam urutan ke-9 kota terpadat di dunia menurut World Economic Forum tahun 2017.
Macet
|
Foto: Rachman Haryanto
|
Untuk melalui kemacetan tersebut, masyarakat perlu melakukan perjalanan selama 2-3 jam atau 2-5 jam perjalanan pulang-pergi setiap harinya, terutama untuk bekerja. Hal tersebut mau tak mau harus 'ditelan' masyarakat setiap harinya karena pusat perekonomian berada di Jakarta juga.
Dengan kemacetan ini juga menyebabkan komunikasi dan koordinasi antara kementerian lembaga tidak efektif. Pasalnya, menurut survei Pantazi pada tahun 2015, kinerja kemacetan di Jakarta terburuk yakni ada 33.240 stop-start index.
Dampak terparah yakni dengan kemacetan tersebut, kerugian ekonominya meningkat dari Rp 56 triliun per tahun di 2013 menjadi Rp 65 triliun di tahun 2017 berdasarkan data World Bank.
Polusi
|
Foto: Rachman Haryanto
|
Kondisi air di Jakarta juga begitu memprihatinkan. 96% air sungai di Jakarta sudah tercemar berat.
Rawan Gempa
|
Foto: Rachman Haryanto
|
Bahkan, awal Agustus lalu tepatnya 2 Agustus 2019, Jakarta mengalami gempa yang berasal dari Banten. Kala itu, gempa terjadi pada pukul 19.03 WIB. Pusat gempa ada di kedalaman 10 km. Pusat gempa ada di 147 km arah barat daya Sumur, Banten. Gempa ini terjadi akibat pergerakan lempeng Indo-Australia.
Di Jakarta, gempa terasa lebih dari dua menit dan membuat masyarakat di beberapa wilayah berhamburan ke luar ruangan atau gedung karena gempa yang dirasa cukup kuat.











































