PPKM Darurat telah berlaku minggu ini, kebijakan ini membatasi kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. Mal dinilai akan menjadi sektor properti yang paling terdampak kebijakan ini.
Menurut Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto dengan pemberlakuan PPKM Darurat ini kemungkinan akan membuat toko-toko di mal berguguran dan tutup hingga akhir tahun ini.
Pasalnya saat ini PPKM Darurat membatasi pergerakan orang, sedangkan mal sangat membutuhkan pergerakan orang. Bila tidak ada traffic masyarakat menuju mal, maka tidak ada pemasukan dan keuntungan yang bisa didapatkan. Apalagi mal dinyatakan tidak boleh dibuka kecuali untuk toko-toko kebutuhan pokok dan apotek.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan PPKM in jelas sektor ritel ini paling terdampak karena membatasi pergerakan orang. Ritel ini mengandalkan pergerakan orang, traffic, ini aja dibatasi jam operasional dan pergerakannya," ungkap Ferry dalam diskusi virtual, Rabu (7/7/2021).
Dengan adanya PPKM Darurat, toko-toko di mal pun tidak akan mendapatkan pendapatan. Kemungkinan setelah PPKM Darurat selesai, belum tentu para tennant bisa membayar sewa. Opsi tutup toko pun berpotensi jadi pilihan.
"Dengan PPKM Darurat ini, toko tutup masih bisa terjadi sampai akhir 2021 kalau mal beroperasi full saja tidak bisa kan mereka tergantung dari traffic yang ada," ungkap Ferry.
Selama 6 bulan pertama 2021, tingkat keterisian mal di Jakarta tercatat 72%, sementara di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi secara rata-rata 71,8%. Totalnya di Jakarta tercatat ada 4,86 juta meter persegi luas area ritel mal, sedangkan di Bodetabek tercatat 2,84 juta meter persegi.