Dalam pertemuan itu juga, menurut Nyoman Nuarta, Presiden Jokowi sudah memastikan bahwa desain Istana Garuda yang dipresentasikannya, akan menjadi desain
terakhir yang siap diwujudkan.
"Artinya desain yang saya presentasikan di hadapan Bapak Presiden, sudah tidak bisa lagi diubah, sudah final sebagai desain istana kepresidenan," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam proses perancangannya, basic design Istana Garuda mengalami perubahan sampai empat kali, tidak termasuk desain-desain awal yang tidak resmi. Perubahanperubahan itu, menurut Nyoman Nuarta, terjadi secara evolutif untuk menyesuaikan dengan berbagai aturan serta mewadahi berbagai kepentingan agar benar-benar menjadi istana yang otentik dan modern. Selama ini, baik Istana Negara, Istana Merdeka, dan Istana Bogor, adalah bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang kemudian diubah
fungsinya sebagai istana.
"Bahkan ada di antaranya, tadinya gedung milik pribadi. Jadi baru kali inilah kita akan memiliki istana kepresidenan yang benar-benar dirancang dan dibangun sebagai istana," terang Nyoman Nuarta.
Terhadap berbagai kritik yang menuding desain istana presiden di ibu kota baru mengabaikan unsur-unsur ekologis yang lekat dengan Pulau Kalimantan, NyomanNuarta, mengatakan bahwa lokasi di mana komplek istana dibangun adalah berupa area kosong.
"Itu bekas hutan industri yang sudah tak ada pohon besarnya, semuanya semak belukar dengan kontur tanah berbukit dan berlembah," katanya.
"Siapa bilang itu hutan, justru dengan pendirian IKN ini, kawasan itu akan dihutankan kembali," tambahnya.
Selain itu, basic design Istana Garuda, benar-benar sudah mempertimbangkan unsur-unsur ekologis yang hemat energi. Bilah-bilah tembaga yang disusun secara vertikal pada bagian luar gedung istana, akan menjadi sun louvre, yang menghalangi sinar matahari menerobos langsung ke dalam gedung. Desain ini dirancang akan menghemat penggunaan energi listrik, terutama untuk menyalakan air conditioner.
"AC bisa dimatikan, karena ruangan akan tetap terasa sejuk," tutur Nyoman Nuarta.
Semenatra itu penggunaan logam seperti tembaga sebagai kulit luar gedung, sepintas memberi kesan keras dan kaku. Padahal, menurut pengalaman dan pengetahuannya, tembaga memiliki sifat yang lentur, mudah dibentuk, tidak korosif, dan konduktor yang baik untuk aliran listrik dari petir.
Dari sisi pemeliharaan, tembaga juga sangat mudah dirawat. Pemanfaatannya sebagai kulit gedung, kata Nyoman Nuarta, akan diperlakukan sama seperti kulit patung. Perpaduan dengan unsur seperti patina, membuat tembaga mengalami oksidasi dan berubah warna menjadi hijau tosca.
"Jadi dari sisi perawatan akan sangat mudah dan efisien dalam biaya," kata Nyoman Nuarta.
Nyoman menambahkan, Jokowi mengharapkan dirinya tetap bersedia membantu pemerintah dalam mewujudkan istana kepresidenan di IKN baru. Meski pada awalnya Nyoman Nuarta "hanya" berkewajiban menyelesaikan basic design, tetapi Presiden tetap memintanya untuk turut "mengawal" agar tidak terjadi perubahan pada desain yang telah disetujui.
(hns/hns)